Hidup itu harus selow, namun jangan
sampai acuh terhadap segala hal yang terjadi.
Hidup itu harus tenang, namun
jangan sampai bermalas-malasan.
Hidup itu harus kalem, tapi jangan
sampai kebablasan dan ketinggalan kereta waktu.
Hari ini tepat tanggal 25 Desember
2018, hari dimana umat Kristiani (Kristen) merayakan Natal dan persiapan tahun
baru. Sebagai bentuk toleransi dan saling menghormati saya akan mengucapkan,
“Silakan Natal dan tahun baru”
Mungkin ada yang sedikit aneh ya,
oke ndakpapa, woles bos.
Prinsip saya adalah kehati-hatian. Ada
yang berpendapat bahwa ucapan selamat adalah bagian dari kita setuju dari
perayaan serta setuju akan maksud dari perayaan tersebut. Ada pula yang
berpendapat bahwa selamat itu adalah bagian dari toleransi bukan termasuk
mencampurkan pemahaman antar agama.
Oke, sekali lagi woles ya,
Toleransi yang saya pahami adalah
terjaga kerukunan dengan baik serta tidak ada gangguan dari diri kita terhadap
ibadah umat beragama lain, that’s enough.
Sekedar gotong royong bersih-bersih
jalan oke, sekedar membantu membangun rumah boleh, saling membantu tetangga
dalam kesusahan atau musibah bagus.
Namun yang harus hati-hati adalah
ketika sudah masuk dalam bagian-bagian pokok ajaran agama. Sekali lagi
prinsipnya adalah kehati-hatian.
Sebenarnya jika antar pemeluk agama
sudah memiliki pemahaman yang luas (ora cupet) maka soal menghargai prinsip dan
kepercayaan itu akan dengan sendirinya terbangun. Masing-masing agama punya prinsip bahwa agamanya yang paling benar, tidak ada masalah, justru yang demikian harus dijaga. Mengapa? Inilah bentuk kecintaan dan kepatuhan terhadap agama masing-masing yang dianut. Kemudian apa yang menjadi masalah? yang menjadi masalah adalah memaksakan seseorang untuk memiliki kepercayaan yang sama seperti kepercayaan kita.
Meminjam istilahnya Cak Nun,
“Kon arep mlebu Neroko utowo Surgo
yo sak karepmu, kuwi yo kanggo awak-awakmu dewe”.
Artinya, urusan ideologi dan
kepercayaan kita sendiri yang akan mempertanggungjawabkan, lakum dinukum waliyadin.
Di sisi yang lain, dalam berhubungan dengan
orang banyak maka, terpenting itu adalah interaksi sosialnya. Standar norma,
etika, kesopanan, kesusilaan, tata karma dan anggah ungguh itu yang penting
untuk diperhatikan.
Jadi istilah toleransi itu padanan
yang tepat adalah “membiarkan”.
Salam lima jari.