Senin, 23 September 2019

Apa Keinginanmu VS Mana baktimu?

gambar hanya pemanis


Di sudut pematang sawah, Bejan bersiul sambil bernyanyi,
“Entah aapa yang merasukimu.. sehingga kau tega .. oh ndak kuat makde nek ngene iki, dadi wong cilik, duit pas-pasan, kepinginan ra keturutan (saya tidak kuat jika seperti ini, jadi orang kecil, uang pas-pasan, keinginan tidak tercapai).”

Mendengar Bejan asyik mendendangkan lagu Bejo mendekati,
“Hoey, Jan… asik bener lho, masih seneng nyanyi-nyanyi, padahal utang banyak, wkwkwk”
“Hey Jo, ya, buat ngilangin suntuk aja, usia udah setengah abad ini (25 tahun) masih aja sengsara, uang pas-pasan, banyak keinginan belum tercapai, mana lagi gua udah pengin nikah. Gimana nih kalu gini, masa iya gua harus pelihara tuyul.”

“Huss, gak boleh ngomong negatif, emang piara tuyul buat loe bahagia?,
Jangan salah ya, semua hal yg diawali dengan niat buruk dan hal negatif akan berakhir buruk juga.”
“Becanda Jo, ya, Cuma gua lagi suntuk aja memang”

“Gini ya, gua kasih tips, kamu itu harus banyak bersyukur dan lebih dapat memanfaatkan diri untuk hal-hal yang banyak manfaatnya. Kamu itu sudah bagus sebenarnya, sedikit-sedikit sudah mau ke sawah, belajar kerja dll, ya tinggal ditingkatkan saja. Coba kamu lihat disekeliling kamu, banyak orang-orang yang memiliki keterbatasan juga tengok noh di rumah sakit, berapa banyak orang yang mau sembuh gegara sakit yang diderita.”
“Iya sih Jo, bener juga, tapi yang mau gimana namanya keinginan, tidak bisa dibohongi. Saya ingin lebih baik Jp, tapi juga pingin keinginanku tercapai, gue minta saran dong ke elu sebagai sohib deket gue.”

“gini, lu sekarang coba merenung, sampai usia segini, hal-hal baik apa yang sudah kamu lakukan. Ndak usah jauh-jauh dulu ngomongin tentang dunia yang luas, hal-hal mendasar saja.
Misalkan tentang pisisimu sebagai anak pak e buk e, kamu sudah member apa ke mereka atau setidaknya apa yang sudah kamu lakukan untuk membahagiakan mereka?
Gini ya Jan, salah satu kunci sukses hidup adalah berbakti kepada kedua orang tua.

Makane slenge’an titik gakpopo, nakal titik gakpopo, tapi eling, enek wayahe mbahas sesuatu yang serius, enek wayahe memikirkan masa depan, enek wayae belajar kehidupan lan bersyukur kepada sang pencipta.
Makanya, perkembangan zaman tetap harus diikuti karena bagaimanapun kita hidup di zaman modern. Maen Mobile Legend ya gakpapa penting ingat waktu dan kewajiban, sitik-sitik mbahas cewek yo gakpapa, penting tau batasan dan aturan, ngopi ngrokok marung yo wes gawehanmu bendino, tapi yo tetep ojo lali karo kehidupan neng dunyo saiki karo mbesok neng akherot”
“Terus opo eneh Jo?”

“Iki sitik eneh, nasehatku, nek terah awakmu wes pengen rabi tenan tak omongi,
Pertama, utamakan orang tua, dalam arti ada keluh kesah apa, kamu diskusikan dan sampaikan ke orang tua, pasti Jan, orang tua akan member solusi terbaik.
Kedua, sak sio-iso ne awakmu kudu berbakti, dan membuat orang tua mu ridho
Ketiga, tetap terus belajar, jangan putus asa dan perbanyak bersyukur, ojo lali doa ne
Keempat, eling pepatah jawa,
-ora obah, ora mamah- (tidak bergerak/ kerja/ beramal, maka tidak akan nada hasil yang didapat)
Wes ngono ae, nasehat Part 2 tak dudohi sesok. Ayo saiki tak jak kerja bakti ndandani jembatan sing rusak neng desone dewe.”
“Siap Jo.”

Jumat, 14 Juni 2019

Coba Bedakan Pilihan Bahasa yang Digunakan, Lihat Intinya saja ya

*foto hanya ilustrasi

Hari ini gua mau cerita, beda dari biasanya, gua pakai kata-kata simpel, humble dan ringan yang enak didengar anak muda. Sory-sory kate kalo ada bahasa yang tidak berkenan. Kali ini gua juga nggak pake aturan bahasa sebagaimana biasanya, karena sekali lagi ini adalah cerita atau lebih dibahasakan sebagai curhatan. 

Oke, tanpa banyak b*cot yang nggak guna (hehe, korban Mobile Legend) gua mau bercerita. Akhir-akhir ini gua gedek sama yang namanya Bocil. Tau kan kalian siapa itu Bocil, yah kalau disebutkan panjang Bocil itu singkatan dari bocah cilik.

What the problem with that?
No, tidak ada masalah dengan Bocil sodara. Hanya akhir-akhir ini sedikit diplesetkan kepada sesuatu yang bermakna jelek. Yah, memang sih, tidak semua kesalahan mereka. Perkembangan teknologi yang pesat tapi yah gitu, pengawasannya kurang, akibatnya muncul salah satu istilah Bocil tadi. Akibat tindakan para bocah cilik yang sekarang ini kondisinya cukup miris. Miris dalam arti banyak hal-hal yang dilakukan berlebihan, nggak guna, mbantah ortu nya, sekolah males, lupa waktu kalo main, sering berkata kotor. Pokok nya Anj*ng dah. 

Gua Cuma mau ngingatin, mau jadi apa lho Bocil dimasa depan nanti kalo tindakan lho sejak kecil kayak gini?


DENGAN


Teman, hari ini saya ingin bercerita. Boleh ya…
Saya to the point saja, perasaan saya cukup gelisah melihat fenomena saat ini, khususnya dikalangan anak-anak. Bagaimanapun juga masa kecil (anak-anak) merupakan masa-masa penting yang perlu diperhatikan orang tua. Masa dimana karakter seseorang dibentuk dan akan berakibat dimasa depannya nanti.

Hari ini hati saya cukup miris melihat banyak anak-anak yang bertindak diluar kewajaran seharusnya anak. Ya, setidaknya sebagai ukuran adalah anak-anak di era 80-90 an. Memang namanya hal negatif itu selalu ada, namun tidak se vulgar sekarang ini.
Anak-anak sekarang sudah banyak yang keterlaluan, banyak yang tidak lagi menghormati orang tua, lupa waktu kalau bermain, bermalas-malasan, berbohong dan lain-lain. 
Memang semua tidak bisa disalahkan hanya kepada mereka saja, namun juga para orang tua dan orang dewasa haruslah menjadi contoh untuk mereka atau setidaknya lebih menjaga tindakan dan perbuatan ketika bersama atau bertemu dengan anak kecil.

Semoga dengan tindakan dan pengawasan yang baik, dimasa depan para anak dan generasi keturunan kita benar-benar menjadi pemimpin yang diharapkan.


sekian, enjoy ya guys...

Minggu, 17 Maret 2019

Ujian Kehidupan? Wajar!



“Hadeh… tiap mau panen ada saja masalahnya”, gumam Bejan sembari mengelilingi kebunnya.
Tak jauh dari kebun Bejan, Bejo sedang asyik mengayuh sepeda Ontel tua miliknya. Melihat Bejan dari kejauhan nampak kebingungan, Bejo perlahan menepikan sepedanya tersebut.
“Ada apa Jan, kamu kelihatannya bingung gitu?”, Tanya Bejo.
“Iya nih, mau panen tanaman Jagung malah banyak masalah muncul”.
“Masalah apa memangnya?”
“Ini, banyak ulat mengerubuti janten (Jagung yang masih muda), belum lagi aku dengar bahwa harga Jagung sekarang juga turun banyak, duh duh”
“Wes, sabar dulu. Kita bicarakan nyantai di warung tengah sawah, kamu belum ngopi kan?”

Bejo dan Bejan meninggalkan kebun dan berangkat ke warung.
“Budhe, pesan kopi cangkir dua ya?”, tutur Bejo kepada Ibu warung.
Beberapa saat kemudian,
“Oke Jan, sekarang kita ngobrol nyantai deh, aku sebagai sahabatmu akan mendengarkan segala keluh kesahmu. Sekarang ceritalah!”
“Iya, seperti yang aku sampaikan tadi, mengapa ada saja masalah yang muncul dalam kehidupanku. Hilir mudik silih berganti kayak ndak ada habisnya.
Ngomong-nomong aku heran juga, kalau kamu kayaknya enjoy terus, apa kamu gak punya masalah Jo?”
“Ow gitu, ada beberapa poin Jan terkait pernyataanmu itu, termasuk juga cara berpikirmu itu juga yang perlu sedikit dibenahi”

Sedang asyik mengobrol, Ibu warung menyuguhkan 2 buah kopi cangkir kesukaan mereka berdua. Sesaat kemudian sebelum Ibu warung kembali ke dapurnya mengucapkan sebuah kalimat singkat,
“Kalian ini suka banget diskusi ya, setiap ada masalah selalu berdiskusi, Ibu jadi tertarik buat ikut, tapi di lain kesempatan mungkin kali ya, takut gorengannya gosong soalnya, hehe.”
“Iya Bu, sahut Bejan singkat.
“Eh, mungkin di lain kesempatan kita dapat membuat sebuah acara yang menginspirasi, ya semacam stand up tapi kita kemas dengan pembahasan keseharian dilingkungan kita,” tutur Ibu warung menambahkan.
“wah cocok itu Bu”, Bejo dan Bejan kompak menjawab.

Ibu warung kembali ke dapur dan kedua sahabat karib tersebut melanjutkan diskusi.
“Poin pertama Jan, bukan berarti saya seperti sekarang ini tidak memiliki masalah, saya juga punya masalah namun saya mencoba berpikir positif, mesti ada hikmah dibalik ini semua.
Bahkan kalau kita melihat lebih luas lagi, setiap makhluk yang masih hidup ini juga punya masalah lho Jan”, ucap Bejo mengawali pembicaraan.
“Hem, kayaknya bener juga”, Bejan menjawab disertai kepala manggut-manggut.

“Coba kamu pikir, bayi yang lahir ke dunia semuanya menangis kan? Itu karena mereka memasuki dunia baru yang belum pernah terpikirkan. Mereka harus beradaptasi dengan dunia baru tersebut, mulai belajar bernapas dengan baik, belajar menggerakkan tangan dan kaki, belajar melihat dst.
“Terus apa hubungannya dengan masalahku Jo?”
“Gini, artinya selama manusia hidup itu ya harus terus belajar dan berjuang terhadap sesuatu yang diinginkan. Coba kamu pikir, sudah berapa masalah dari kamu kecil hingga seperti sekarang ini yang telah kamu lewati?, secara tidak sadar sebenarnya kamu sendiri sudah banyak belajar Jan, hanya saja memang terkadang masalah yang muncul itu terlihat cukup rumit dan berat.
Wajar! Kalau mbah Ndul bilang, everything is gonna be ok.
Kamu ingat kan, ketika kamu meyelesaikan sebuah masalah bagaimana perasaanmu?”

“Ya… sangat bahagia Jo, karena kita telah melewati masa-masa sulit dan akhirnya berhasil”
“Nah, itu. Sekarang daripada menggerutu kan lebih baik mencari jalan keluarnya. Kan lebih bermanfaat dan tidak membuang-buang waktu jika kamu memikirkan bagaimana supaya Jagungmu itu tidak dimakan ulat. Kamu kan bisa menemui Lek Di yang cukup paham tentang pertanian.
Kemudian kalau soal harga yang turun itu ya kita sama-sama berjuang sebisa kita, kan kita punya wakil rakyat, ya kita temui beliau-beliau, kita sampaikan aspirasi kita sebagai orang kecil terkait kondisi pertanian kita. Insyaallah itu adalah langkah kongkrit daripada hanya sekedar sambat”
“Benar juga Jo, oke sekarang kita habiskan kopinya dan membuat langkah kongkrit”
“Oke, come on”.

Minggu, 24 Februari 2019

Pemerintah dan Diperintah. eh Salah, Pemerintah dan Masyarakat

Sumber gambar : bertuahpos.com
Bejo mengelilingi kebun yang dimilikinya. Melihat dan mengawasi perkembangan tanaman yang sudah mulai tumbuh besar. Pada saat yang sama Bejan berlari menghampiri Bejo, seolah ada kabar viral terbaru yang ingin disampaikan. Dengan napas yang terengah-engah menepuk pundak Bejo.
“Woe, ada kabar terbaru nih..” tutur Bejan.
“Ada apa, kok kamu tergesa sekali?” jawab Bejo.
“Tadi kan aku mau ngopi di warung tengah sawah, terus aku lihat ada sebagian petani membuang hasil kebunnya di jalan raya”
“Maksudnya?”
“Gini, tadi aku lihat ada petani yang membuang hasil panennya, yang aku lihat ada banyak buah Naga yang siap dijual ada juga sayur-mayur yang juga dibuang, aku jadi heran.”
“Tidak mungkin kan masyarakat membuang-buang hasil panen yang sudah susah payah ditanam dan dirawatnya, kecuali ada sesuatu yang mengganjal?”
“Kayaknya sih gitu”
“Kamu sudah Tanya mengapa ada peristiwa demikian?”
“Saya tidak bertanya secara langsung namun sepintas kudengar mereka kecewa dengan harga buah Naga dan sayuran yang sangat murah.”
“Hmm…., mungkin saja itu bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah yang kurang bersahabat dengan petani”
“Mungkin juga, tapi cukup sayang membuang-buang hasil panen”
“Mau bagaimana lagi, setidaknya dengan perbuatan demikian akan menarik media massa untuk meliput dan juga akan terdengar oleh Dinas terkait”

Bejo dan Bejan terus berjalan dan beristirahat di sebuah gubuk kecil untuk berteduh. Dengan ekspresi penuh tanya Bejan langsung membuka dialog kembali.
“Ngomong-ngomong dari peristiwa tersebut siapa yang layak disalahakan Jo?,” Tutur Bejan.
“Ya.. kita tidak bisa serta merta memberi penilaian. Harus kita lihat secara utuh dimana titik permasalahan dan runtutan kejadian. Banyak faktor yang perlu dianalisa, mulai dari kondisi pertanian, kebijakan harga pupuk, harga obat serta sejauh mana instansi terkait membuat kebijakan tentang pertanian.
Tetapi tetap sih yang paling bertanggungjawab diposisi ini adalah pemerintah. Bagaimanapun pemerintah harus menstabilkan harga, menyesuaikan keseimbangan antara modal kebun (pupuk, benih dll) dengan harga jual di pasar.”
“Maksudmu pemerintah itu termasuk DPR?”
“Ya, termasuk juga, coz mereka yang membuat berbagai kebijakan. Jadi juga penting disini para wakil rakyat yang benar-benar paham tentang bagian yang ditangani, salah-salah membuat kebijakan yang tidak bisa mensejahterakan rakyat, malah-malah kebijakan semaunya sendiri.”
“Ah… saya juga pingin jadi DPR, biar bisa membuat sejahtera petani”
“Yang bener Jan?”
“Iya lah”
“Tapi kamu harus hati-hati lho?”
“Kenapa memang?”
“yah, kita kan tidak tahu hati manusia, kalau lihat uang banyak takutnya terlena?”
“Maksudmu uang banyak?”
“Kan banyak proyek yang bisa diambil ketika menjabat sebagai DPR.”
“Iya juga sih, oke Jo, obrolannya kita lanjutkan besok, hari ini aku ngantor dulu”
“Syiiiaapp”
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com