Sumber gambar : bertuahpos.com |
“Woe, ada kabar terbaru nih..” tutur Bejan.
“Ada apa, kok kamu tergesa sekali?” jawab Bejo.
“Tadi kan aku mau ngopi di warung tengah sawah, terus aku lihat ada sebagian petani membuang hasil kebunnya di jalan raya”
“Maksudnya?”
“Gini, tadi aku lihat ada petani yang membuang hasil panennya, yang aku lihat ada banyak buah Naga yang siap dijual ada juga sayur-mayur yang juga dibuang, aku jadi heran.”
“Tidak mungkin kan masyarakat membuang-buang hasil panen yang sudah susah payah ditanam dan dirawatnya, kecuali ada sesuatu yang mengganjal?”
“Kayaknya sih gitu”
“Kamu sudah Tanya mengapa ada peristiwa demikian?”
“Saya tidak bertanya secara langsung namun sepintas kudengar mereka kecewa dengan harga buah Naga dan sayuran yang sangat murah.”
“Hmm…., mungkin saja itu bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah yang kurang bersahabat dengan petani”
“Mungkin juga, tapi cukup sayang membuang-buang hasil panen”
“Mau bagaimana lagi, setidaknya dengan perbuatan demikian akan menarik media massa untuk meliput dan juga akan terdengar oleh Dinas terkait”
Bejo dan Bejan terus berjalan dan beristirahat di sebuah gubuk kecil untuk berteduh. Dengan ekspresi penuh tanya Bejan langsung membuka dialog kembali.
“Ngomong-ngomong dari peristiwa tersebut siapa yang layak disalahakan Jo?,” Tutur Bejan.
“Ya.. kita tidak bisa serta merta memberi penilaian. Harus kita lihat secara utuh dimana titik permasalahan dan runtutan kejadian. Banyak faktor yang perlu dianalisa, mulai dari kondisi pertanian, kebijakan harga pupuk, harga obat serta sejauh mana instansi terkait membuat kebijakan tentang pertanian.
Tetapi tetap sih yang paling bertanggungjawab diposisi ini adalah pemerintah. Bagaimanapun pemerintah harus menstabilkan harga, menyesuaikan keseimbangan antara modal kebun (pupuk, benih dll) dengan harga jual di pasar.”
“Maksudmu pemerintah itu termasuk DPR?”
“Ya, termasuk juga, coz mereka yang membuat berbagai kebijakan. Jadi juga penting disini para wakil rakyat yang benar-benar paham tentang bagian yang ditangani, salah-salah membuat kebijakan yang tidak bisa mensejahterakan rakyat, malah-malah kebijakan semaunya sendiri.”
“Ah… saya juga pingin jadi DPR, biar bisa membuat sejahtera petani”
“Yang bener Jan?”
“Iya lah”
“Tapi kamu harus hati-hati lho?”
“Kenapa memang?”
“yah, kita kan tidak tahu hati manusia, kalau lihat uang banyak takutnya terlena?”
“Maksudmu uang banyak?”
“Kan banyak proyek yang bisa diambil ketika menjabat sebagai DPR.”
“Iya juga sih, oke Jo, obrolannya kita lanjutkan besok, hari ini aku ngantor dulu”
“Syiiiaapp”