source of picture: persma.org |
Satu langkah baru menyambut kegelisahan ilmiah adalah penyematan “gelar” mahasiswa. Setelah sekian panjang waktu digunakan untuk berjibaku dengan bangku belajar. Masa ini adalah waktu yang berbeda. Apa yang disebut dengan istilah “mahasiswa” memberikan makna mendalam tentang kemampuan olah fikir, skill dan ketrampilan dalam bersinggungan dengan dunia.
Sebuah sosok yang didengungkan sebagai pengawal perubahan, penyeimbang zaman, serta tugas melaksanakan tri dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat) menjadikan perannya begitu penting.
Melihat kondisi dunia global saat ini kiranya perlu merefleksikan kembali tentang peran mahasiswa yang sudah dilakukan dan sejauh mana berkontribusi dalam kemauan bangsa. Mengkaji kembali hal-hal yang belum tercapai dengan semangat perbaikan.
Marilah kita kerucutkan, salah satu bagian dari mahasiswa yang memiliki peran penting ikut andil dalam perubahan. Bagian tersebut dinamakan “pers mahasiswa”.
Merenung sejenak, merefleksikan diri dengan berbagai hal yang telah terjadi, pers mahasiswa telah mengalami serangkaian alur sejarah yang panjang. Semula perjuangan muncul dari dorongan nurani yang kuat dalam merespon gejolak kepentingan. Sebuah perkumpulan yang terakomodir dalm cita-cita perjuangan yang sama menyatu dalam sebuah visi tunggal. Ikatan batin yang kuat inilah kiranya yang membuka jalan munculnya pers alternatif (pers mahasiswa).
Permasalahan mengakar yang selama ini masih membayangi Persma sendiri adalah tentang profesionalitas dan independensi.
Profesionalitas yang diartikan dengan kemampuan perusahaan Persma dalam mengolah dan mengelola rangkaian proses penerbitan secara terstruktur dengan mengacu pada undang-undang pers serta kontinuitas dalam penerbitan. Bukan merupakan yang mustahil, namun masih memerlukan waktu. Tak jarang pula, selain ke-ajek-an dalam penerbitan Perusahaan Persma terkendala oleh biaya dalam penerbitannya.
Independensi adalah sebuah hal yang menjadi ciri Persma yang sangat penting untuk diperjuangkan. Independensi berkaitan dengan penguasaan penuh terhadap manajemen perusahaan Persma. Tidak ada intervensi dan kepentingan yang mengutungkan sebagian pihak, Persma loyal dalam pemberitan sesuai fakta yang terjadi sebenarnya.
Di sisi lain, tantangan di luar Persma juga harus disikapi dengan serius. Salah satunya adalah kondisi mahasiswa saat ini yang memiliki mindset berfikir dan pola perilaku praktis. Banyak mahasiswa kuliah di lembaga pendidikan tinggi yang hanya sekedar mencari ijazah, minimnya semangat berorganisasi, kekritisan yang semakin tumpul adalah beberapa contoh didalamnya.
Bagaimana solusi dari permasalahan tersebut?
Yaitu dengan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang mumpuni dapat menjadikan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) stabil. Permasalah-permasalahan tentang pendanaan, internal maupun eksternal dari LPM akan dicarikan solusi terbaik. Tidak ada lagi kata saling menyalahkan maupun “tidak mampu”.
Semoga dengan momen tahun baru 2016 serta Dies Natalis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Semarang menjadi awal dari gerakan perubahan ini.
Salam Pers Mahasiswa!
Sebuah sosok yang didengungkan sebagai pengawal perubahan, penyeimbang zaman, serta tugas melaksanakan tri dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat) menjadikan perannya begitu penting.
Melihat kondisi dunia global saat ini kiranya perlu merefleksikan kembali tentang peran mahasiswa yang sudah dilakukan dan sejauh mana berkontribusi dalam kemauan bangsa. Mengkaji kembali hal-hal yang belum tercapai dengan semangat perbaikan.
Marilah kita kerucutkan, salah satu bagian dari mahasiswa yang memiliki peran penting ikut andil dalam perubahan. Bagian tersebut dinamakan “pers mahasiswa”.
Merenung sejenak, merefleksikan diri dengan berbagai hal yang telah terjadi, pers mahasiswa telah mengalami serangkaian alur sejarah yang panjang. Semula perjuangan muncul dari dorongan nurani yang kuat dalam merespon gejolak kepentingan. Sebuah perkumpulan yang terakomodir dalm cita-cita perjuangan yang sama menyatu dalam sebuah visi tunggal. Ikatan batin yang kuat inilah kiranya yang membuka jalan munculnya pers alternatif (pers mahasiswa).
Permasalahan mengakar yang selama ini masih membayangi Persma sendiri adalah tentang profesionalitas dan independensi.
Profesionalitas yang diartikan dengan kemampuan perusahaan Persma dalam mengolah dan mengelola rangkaian proses penerbitan secara terstruktur dengan mengacu pada undang-undang pers serta kontinuitas dalam penerbitan. Bukan merupakan yang mustahil, namun masih memerlukan waktu. Tak jarang pula, selain ke-ajek-an dalam penerbitan Perusahaan Persma terkendala oleh biaya dalam penerbitannya.
Independensi adalah sebuah hal yang menjadi ciri Persma yang sangat penting untuk diperjuangkan. Independensi berkaitan dengan penguasaan penuh terhadap manajemen perusahaan Persma. Tidak ada intervensi dan kepentingan yang mengutungkan sebagian pihak, Persma loyal dalam pemberitan sesuai fakta yang terjadi sebenarnya.
Di sisi lain, tantangan di luar Persma juga harus disikapi dengan serius. Salah satunya adalah kondisi mahasiswa saat ini yang memiliki mindset berfikir dan pola perilaku praktis. Banyak mahasiswa kuliah di lembaga pendidikan tinggi yang hanya sekedar mencari ijazah, minimnya semangat berorganisasi, kekritisan yang semakin tumpul adalah beberapa contoh didalamnya.
Bagaimana solusi dari permasalahan tersebut?
Yaitu dengan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang mumpuni dapat menjadikan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) stabil. Permasalah-permasalahan tentang pendanaan, internal maupun eksternal dari LPM akan dicarikan solusi terbaik. Tidak ada lagi kata saling menyalahkan maupun “tidak mampu”.
Semoga dengan momen tahun baru 2016 serta Dies Natalis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Semarang menjadi awal dari gerakan perubahan ini.
Salam Pers Mahasiswa!
0 comments :
Posting Komentar