Minggu, 22 Oktober 2017

SEJAUH MANA KAMU BERBAKTI?



“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [Al-Isra : 23]

Mengapa dalam Islam kedudukan orang tua memiliki tempat yang sangat tinggi, bahkan setelah perintah menyembah Allah dan larangan menyekutukannya manusia diperintahkan untuk berbakti kepada Bapak Ibunya?

Mengapa pula kedudukan Ibu memiliki tempat yang lebih tinggi dibanding Ayah?

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali” [Luqman : 14]

Saya tidak akan banyak berbicara tentang dalil-dalil maupun hadits-hadits yang berbicara tentang berbakti kepada orang tua, di sini saya lebih akan mengemumkakan alasan logis mengapa kita harus berbakti dan sejauh mana kita dapat berbakti kepada orang tua.

Alasan pertama adalah orang tua yang mengandung, mengasuh dan membesarkan kita. Ada logika gokil yang dilontarkan oleh sebagian orang,
“Kalau memang orang tua tidak mau mengurusku mengapa dia mau mengandung dan melahirkanku, salahnya sendiri mau membesarkanku”

Jikalau kamu berkata demikian bolehkah saya menjawab,
“orang tuamu mengandung dan membesarkanmu memiliki keinginan yang besar, berharap kelak kamu menjadi orang besar dan berguna, jika orang tuamu tahu bahwa pada masa depan kamu akan menjadi orang yang durhaka mungkin saja sebelum lahir kamu akan dibuang atau setidak-tidaknya pada masa kecil kamu dibiarkan mati, mudah saja orang tua mencari alasan ketika ditanya tetangga, misalkan kamu keselek air liur atau jatuh dari tempat tidur”

Alasan kedua adalah sebuah logika sejauh mana kita dapat mengimbangi kasih sayang orang tua, dapatkah kamu menghitung misalkan saja semua yang diberikan orang tuamu dihitung dengan uang. Saya sulit membayangkan berapa uang yang tiap hari dikeluarkan orang tua untuk kehidupanmu.

Alasan ketiga, saya kesulitan mencari orang-orang yang berbakti kepada orang tua secara tulus atau setidaknya ada satu hal yang cukup baik dan bagus yang dibanggakan jika ditanya apa yang telah kamu lakukan untuk membalas budi orang tuamu.

“bayangkan bro...
Kamu dilahirkan, dirawat sejak kecil, diobatkan ketika sakit, dibelikan mainan ketika kamu menangis, disekolahkan dengan susah payah, dikuliahkan, dan setelah lulus kamu cari kerja. Apa yang kamu lakukan setelah itu? Kebanyakan setelah bekerja mereka langsung menikah, what the hell? Lalu kapan kamu mau berbuat baik kepada orang tuamu sedangkan kamu sudah sibuk ngurusi anak orang?

ah sudahlah

source of picture : https://media.ihram.asia/

Sabtu, 21 Oktober 2017

DEMOKRASI DAN PANCASILA (PART 1)



Percakapan dua orang teman dekat disela-sela nyantai di warung kopi tengah sawah. Sebut saja kedua orang tersebut bernama Bejo dan Bejan.

“Kang, saya kok belum paham to apa itu pancasila dan apa itu demokrasi?” Tutur Bejo.
“Owalah, tentang itu yang kamu maksudkan. Sebentar-sebentar, saya tak membuka kamus Jogojiwo dulu,” Bejan membolak balikkan buku catatannya yang sudah lungset tersiram air kopi.
“Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang menjadi pedoman berkehidupan dan bernegara seluruh elemen negara baik pemerintahan dan rakyatnya. Demokrasi itu merupakan sebuah bentuk pemerintahan dimana semua warga negara memiliki hak yang sama dalam mengambil keputusan kehidupan berbangsa dan bernegara.”
“Lha terus, keduanya berhubungan nho...”
“Iya Jo, kamu tahu kan bagaimana pemilihan umum di negara kita dilakukan? Itulah salah satu contoh dari Demokrasi.”
“Berarti Demokrasi itu negara bebas Jan?”
“Gimana ya, salah satu unsur Demokrasi itu kebebasan namun juga tidak dapat pula dikatakan negara kita benar-benar menganut paham kebebasan tanpa batasan. Ada hal-hal semacam norma, hukum, aturan agama dan lain-lain yang mengendalikan kebebasan itu.”
Em, gitu to?”
“Ya, setahuku seperti itu.”
(disela-sela pembicaraan mereka berdua tanpa sadar si penjaga warung memperhatikan dengan seksama dan langsung ikut nimbrung)
e... lha dala.. gitu to? Saya jadi ikut penasaran. Jadi Demokrasi itu kebebasan yang bertanggungjawab,” penjaga warung menyahut dari balik rentengan jajan yang digantung.
“Pada saat ini sedang  ramai dibicarakan di dunia maya, hal-hal yang dikatakan orang-orang tentang kebebasan berpendapat. Ada banyak istilah-istilah yang muncul yang saya sulit memahami, misalkan ada istilah Hoax, Saracen, ujaran kebencian dan lain-lain bahkan sampai ada peraturan yang secara khusus menangani hal ini seperti UU ITE dan seterusnya. Gimana nih Jan kita menyikapi hal itu?” Tutur Bejo.
“Kalau ngomong soal kebebasan berpendapat itu puanjaang dan luebaar Jo, kadang masalah kecil bisa menjadi besar kadang pula masalah besar seketika bisa hilang seperti ditelan bumi. Kamu tau rokok yang dijual bapak penjaga ini?”
“Iya”
“Bagi penjual dia akan mendapat untung jadi dijual saja, bagi yang suka entah punya atau tidak punya uang pasti juga akan membeli, bagi yang tidak suka dia akan mengatakan bahwa rokok tidak bermanfaat dan juga masih banyak lagi pendapat lain tentang rokok. Nah demikian juga dengan hal-hal yang lain. Yang jelas semua yang ada sekarang sudah ada aturan terhadap masing-masing hal yang tentu mungkin saja suatu saat dapat berubah sewaktu-waktu.”
“Saya ingin tahu apakah ada batasan atau istilah lain kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab. Dan jika ada kaitannya dengan pendapat itu kan sebuah pandangan atau opini, apakah ada hukum yang mengatur hal ini. Ada juga istilah HAM dan juga kebebasan berekspresi termasuk juga kebebasan berpikir tentu orang-orang memiliki pikiran yang bermacam-macam dalam menyikapi dunia. Ada istilah Ideologi yang menjadi panutan di masyarakat, saya juga ingin tahu sejauh mana hukum dalam mengatur Ideologi seseorang ataupun kelompok. Kan saat ini ada banyak Ideologi dan juga konsep dalam bermasyarakat, ada paham nasionalisme, komunisme, sosialisme, liberalisme, khilafah, Islam Nusantara dan lain-lain. Bagaimana tentang itu Jan?”
Byuh byuh, sekali nerocos kamu enggak berhenti. Nanti deh aku jelaskan, yang jelas setiap materi aku membutuhkan satu cangkir kopi untuk berpikir. Kamu siap dengan itu?”

*^*%^#%%#@ (bersambung)


source of picture : ope-opeland.blogspot.com
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com