Percakapan dua orang teman dekat disela-sela nyantai di warung kopi tengah sawah. Sebut saja kedua orang tersebut bernama Bejo dan Bejan.
“Kang, saya kok belum paham to apa itu pancasila dan apa itu demokrasi?” Tutur Bejo.
“Owalah, tentang itu yang kamu maksudkan. Sebentar-sebentar, saya tak membuka kamus Jogojiwo dulu,” Bejan membolak balikkan buku catatannya yang sudah lungset tersiram air kopi.
“Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang menjadi pedoman berkehidupan dan bernegara seluruh elemen negara baik pemerintahan dan rakyatnya. Demokrasi itu merupakan sebuah bentuk pemerintahan dimana semua warga negara memiliki hak yang sama dalam mengambil keputusan kehidupan berbangsa dan bernegara.”
“Lha terus, keduanya berhubungan nho...”
“Iya Jo, kamu tahu kan bagaimana pemilihan umum di negara kita dilakukan? Itulah salah satu contoh dari Demokrasi.”
“Berarti Demokrasi itu negara bebas Jan?”
“Gimana ya, salah satu unsur Demokrasi itu kebebasan namun juga tidak dapat pula dikatakan negara kita benar-benar menganut paham kebebasan tanpa batasan. Ada hal-hal semacam norma, hukum, aturan agama dan lain-lain yang mengendalikan kebebasan itu.”
“Em, gitu to?”
“Ya, setahuku seperti itu.”
(disela-sela pembicaraan mereka berdua tanpa sadar si penjaga warung memperhatikan dengan seksama dan langsung ikut nimbrung)
“e... lha dala.. gitu to? Saya jadi ikut penasaran. Jadi Demokrasi itu kebebasan yang bertanggungjawab,” penjaga warung menyahut dari balik rentengan jajan yang digantung.
“Pada saat ini sedang ramai dibicarakan di dunia maya, hal-hal yang dikatakan orang-orang tentang kebebasan berpendapat. Ada banyak istilah-istilah yang muncul yang saya sulit memahami, misalkan ada istilah Hoax, Saracen, ujaran kebencian dan lain-lain bahkan sampai ada peraturan yang secara khusus menangani hal ini seperti UU ITE dan seterusnya. Gimana nih Jan kita menyikapi hal itu?” Tutur Bejo.
“Kalau ngomong soal kebebasan berpendapat itu puanjaang dan luebaar Jo, kadang masalah kecil bisa menjadi besar kadang pula masalah besar seketika bisa hilang seperti ditelan bumi. Kamu tau rokok yang dijual bapak penjaga ini?”
“Iya”
“Bagi penjual dia akan mendapat untung jadi dijual saja, bagi yang suka entah punya atau tidak punya uang pasti juga akan membeli, bagi yang tidak suka dia akan mengatakan bahwa rokok tidak bermanfaat dan juga masih banyak lagi pendapat lain tentang rokok. Nah demikian juga dengan hal-hal yang lain. Yang jelas semua yang ada sekarang sudah ada aturan terhadap masing-masing hal yang tentu mungkin saja suatu saat dapat berubah sewaktu-waktu.”
“Saya ingin tahu apakah ada batasan atau istilah lain kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab. Dan jika ada kaitannya dengan pendapat itu kan sebuah pandangan atau opini, apakah ada hukum yang mengatur hal ini. Ada juga istilah HAM dan juga kebebasan berekspresi termasuk juga kebebasan berpikir tentu orang-orang memiliki pikiran yang bermacam-macam dalam menyikapi dunia. Ada istilah Ideologi yang menjadi panutan di masyarakat, saya juga ingin tahu sejauh mana hukum dalam mengatur Ideologi seseorang ataupun kelompok. Kan saat ini ada banyak Ideologi dan juga konsep dalam bermasyarakat, ada paham nasionalisme, komunisme, sosialisme, liberalisme, khilafah, Islam Nusantara dan lain-lain. Bagaimana tentang itu Jan?”
“Byuh byuh, sekali nerocos kamu enggak berhenti. Nanti deh aku jelaskan, yang jelas setiap materi aku membutuhkan satu cangkir kopi untuk berpikir. Kamu siap dengan itu?”
*^*%^#%%#@ (bersambung)
0 comments :
Posting Komentar