Senin, 24 Desember 2018

Silakan Natal dan Tahun Baru



Hidup itu harus selow, namun jangan sampai acuh terhadap segala hal yang terjadi.
Hidup itu harus tenang, namun jangan sampai bermalas-malasan.
Hidup itu harus kalem, tapi jangan sampai kebablasan dan ketinggalan kereta waktu.

Hari ini tepat tanggal 25 Desember 2018, hari dimana umat Kristiani (Kristen) merayakan Natal dan persiapan tahun baru. Sebagai bentuk toleransi dan saling menghormati saya akan mengucapkan,
“Silakan Natal dan tahun baru”

Mungkin ada yang sedikit aneh ya, oke ndakpapa, woles bos.
Prinsip saya adalah kehati-hatian. Ada yang berpendapat bahwa ucapan selamat adalah bagian dari kita setuju dari perayaan serta setuju akan maksud dari perayaan tersebut. Ada pula yang berpendapat bahwa selamat itu adalah bagian dari toleransi bukan termasuk mencampurkan pemahaman antar agama.

Oke, sekali lagi woles ya,
Toleransi yang saya pahami adalah terjaga kerukunan dengan baik serta tidak ada gangguan dari diri kita terhadap ibadah umat beragama lain, that’s enough.

Sekedar gotong royong bersih-bersih jalan oke, sekedar membantu membangun rumah boleh, saling membantu tetangga dalam kesusahan atau musibah bagus.

Namun yang harus hati-hati adalah ketika sudah masuk dalam bagian-bagian pokok ajaran agama. Sekali lagi prinsipnya adalah kehati-hatian.

Sebenarnya jika antar pemeluk agama sudah memiliki pemahaman yang luas (ora cupet) maka soal menghargai prinsip dan kepercayaan itu akan dengan sendirinya terbangun. Masing-masing agama punya prinsip bahwa agamanya yang paling benar, tidak ada masalah, justru yang demikian harus dijaga. Mengapa? Inilah bentuk kecintaan dan kepatuhan terhadap agama masing-masing yang dianut. Kemudian apa yang menjadi masalah? yang menjadi masalah adalah memaksakan seseorang untuk memiliki kepercayaan yang sama seperti kepercayaan kita.

Meminjam istilahnya Cak Nun,
Kon arep mlebu Neroko utowo Surgo yo sak karepmu, kuwi yo kanggo awak-awakmu dewe”.
Artinya, urusan ideologi dan kepercayaan kita sendiri yang akan mempertanggungjawabkan, lakum dinukum waliyadin.

 Di sisi yang lain, dalam berhubungan dengan orang banyak maka, terpenting itu adalah interaksi sosialnya. Standar norma, etika, kesopanan, kesusilaan, tata karma dan anggah ungguh itu yang penting untuk diperhatikan.

Jadi istilah toleransi itu padanan yang tepat adalah “membiarkan”.
Salam lima jari.

Sabtu, 24 November 2018

Ghiroh Ideologi



Dek, aku cinta sampean?
Bener Mas?
Iyo Dek.
Opo Mas buktine?
Yo pokok e cinta.
Leh, yo ora Mas, cinta ke butuh bukti.
Cinta ke ora keno didefinisikan lho Dek, aku ke nduwe roso seneng, mantep karo sampean.
Iyo, aku paham, cintane iyo, tapi manifestasi cinta iku ono. Termasuk iku lho, hukum sebab akibat utowo kausalitas. Mosok sampean ngomong cinta tok tanpa ada tanda yang mengiringi?

Cinta, keyakinan, keberpihakan adalah sebuah rasa tentang pilihan terhadap sesuatu yang ingin dibela, diperjuangkan dan dipegang teguh. Memilih berarti memiliki rasa untuk memperjuangkan sebuah komitmen.

Bullshit, ketika berbicara cinta dan rela namun hanya sebatas ucapan tanpa bukti.
Oke, to the point
Yang ingin saya sampaikan disini adalah sebuah kebohongan jika berkata, saya Islam, saya akan memperjuangkan agama Islam dengan sebenar-benarnya, namun tidak ada greget, rasa memiliki dan bukti membela ketika agamanya direndahkan oleh seseorang atau kelompok tertentu.

Bro, lihat tuh, ada yang mengolok agama kita?
Mengolok gimana Bro?
Ada yang mengatakan bahwa Islam itu agama kebodohan, agama yang hanya mengajarkan kekerasan.
Sabar aja bro, meskipun mereka mengatakan demikian tetap agama Allah akan suci dan tinggi.
Iya Bro, bener. Namun catatanku disini itu bukti kamu membela agamamu itu lho.
Mosok kamu punya agama namun merasa sok acuh gitu.
Ini bukan acuh Bro, ini khusnuszon.
Lha terus, jika ada orang menghina nabi Muhammad apakah kamu juga diam saja?
Nabi Muhammad itu dihina seperti apapun akan tetap mulia bro, jadi tenang aja, yang penting pokoknya kita khuznudzon dan selalu berbuat baik. Beramal soleh yang banyak.
Nih bro, saya kasih salah satu referensi,
Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)

Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.  (QS As-Shaff: 14)

Bentar bro kalau gitu, tak merenung dulu.
Be be be bersambung…

Rabu, 18 Juli 2018

Berjalan dan Bersabar dalam Hikmah



Terkadang kesulitan menyadarkan seseorang akan betapa pentingnya kebahagiaan yang dimiliki. Sebagian orang sedikit bersyukur tentang kesehatannya karena telah lama tidak merasakan sakit. Sebuah mobil keluaran terbaru dengan fasilitas lengkap pada masanya juga akan mengalami kerusakan.

Jika ditarik lebih luas lagi maka kita kan menemukan tentang dunia yang terus berrdinamika, berputar dan berjalan dalam sebuah garis sejarah. Pada sebuah titiknya nanti siapa yang bertahan akan menggantikan dan siapa yang menyerah akan menyingkir. Roda akan berputar terus hingga sebagian yang baru menggantikan yang lama dan sebagian yang lain juga saling mengisi.

Pada sebuah titik, cukup sering manusia merasakan kejenuhan dan kebuntuan berpikir. Hal ini dapat terjadi kepada siapa saja yang memang alamiah terjadi yang disebabkan oleh berbedanya apa yang dipikirkan dengan realitas yang terjadi maupun ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Pada titik ini tidak sedikit orang melakukan tindakan-tindakan abnormal dan depresi.
Melakukan tindakan-tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Pada keaadaan ini peran positif keinginan untuk menjadi lebih baik (motivasi) akan berperan penting dalam pengambilan tindakan. Termasuk juga halnya motivasi eksternal baik itu dari lingkungan pergaulan, teman sebaya maupun orang-orang terdekat.

Adapula keinginan berubah itu berasal dari diri sendiri yang tiba-tiba saja muncul maupun didorong oleh kejadian tertentu semisal melihat orang lain yang mengalami kesulitan yang lebih besar namun dapat melewatinya. Dengan kejadian itu cukup sering pula ledakan-ledakan semangat muncul.

Mari melihat pada orang-orang yang telah hidup cukup lama dan telah mengalami suka duka yang tidak terhitung. Mereka yang bertahan hingga kini tentulah memiliki sebuah harapan   

Orang yang dapat melihat dalam pelajaran kehidupan akan bersikap bijak tentang segala sesuatu yang terjadi.
“Apalah yang aku perjuangkan sedemikian susahnya, toh pada saatnya nanti akan menjadi milik orang lain kan?”
“Apalah yang aku kejar mati-matian, pada saat mendapatkan terkadang aku lupa bagaimana menjaga dengan baik”

Memiliki sebuah keinginan maupun impian akan mendorong seseorang untuk bergerak maju menggunakan segala potensi untuk meraih keinginan. Dengan tahapan demi tahapan yang telah dilewati akan semakin menambah keyakinan terhadap tujuan. Pada saatnya manusia akan memperoleh apa yang diinginkan. Ada yang dapat mampu mewujudkan 100% keinginannya ada yang hanya mampu 90% ada pula yang di bawah itu. Semua akan terlihat hasilnya ketika upaya telah dilakukan. Seperti kata pepatah,
“Hasil tidak akan menghianati proses”

Orang-orang yang belajar tentang ilmu hikmah akan menemukan bahwa hidup hanya secukupnya, seperlunya. Orang Jawa menyebutkan,
“Urip iku mung sak dermo, urip iku mung mampir ngombe”
“Hidup itu hanya secukupnya, hidup itu ibarat berhenti sejenak untuk singgah minum”

Banyak orang belajar dari pengalamannya, namun banyak orang juga yang banyak melakukan kesalahan namun terus saja terulang kembali. Sikap seseorang akan dapat dilihat dengan apa yang dilakukan serta dengan cara apa dia bertindak.

Dunia tidak akan berhenti berputar meski semua orang bermalas-malasan dalam menjalani kehidupan. Begitu halnya satu hari akan tetap 24 jam meskipun semua manusia berupaya mendorong matahari. Satu kata kunci yang penting adalah jadilah orang yang kedatangannya diharapkan dan kepergiannya ditangisi karena setiap yang dilakukan adalah kebaikan.

sumber gambar :https://beritagar.id

Senin, 26 Maret 2018

Teknologi dan Kepekaan Sosial


Setiap akhir pekan, Bejo dan Bejan menyempatkan diri untuk berjalan-jalan melihat keindahan kota. Karena jarak ke kota cukup jauh mereka memanfaatkan aplikasi ojek online yang hanya digunakan seminggu sekali. Tidak lupa, ketika sampai di kota mereka menyempatkan untuk mampir di warung langganan yang selama ini menjadi favorit mereka. Favorit bukan karena menu maupun harganya, namun lebih kepada pemilihan lokasi yang cukup strategis yaitu berdekatan dengan jalan raya.
Dengan melihat orang yang berlalu lalang menjadi topik pembahasan yang cukup panjang untuk mereka berdua. Dengan mengambil bagian dari sudut teras mereka menemui pelayan warung.
"Mas, saya pesan kopi cangkir satu ya, gulanya sedikit saja," ucap Bejo kepada pelayan.
"Saya yang agak manis mas, kayak cewek yang duduk di taman itu, hehe," sahut Bejan.
Sesaat setelah memesan minuman, mereka masing-masing membuka HP android yang dimiliki, seperti biasa, rutinitas dalam menunggu pesanan datang mereka membuka facebook untuk membuat status.
"Saya heran Jo, kenapa kahir-akhir ini banyak orang semakin kehilangan empati terhadap lingkungan maupun keadaan sekitar."
"Em, bisa lebih diperjelas?", sahut Bejo.
"Banyak yang saya lihat dan temui orang-orang mementingkan diri sendiri, mementingkan keuntungan materi dan semakin tidak mau ikut berkontribusi dalam kegiatan sosial, mungkin karena nggak ada duit nya kali ya?"
"Tumben kamu mau merenung, hehe"
"ah, kamu ini, saya serius lho"
"Iya-iya,
Gini Jan, semua realitas yang terjadi di dunia ini saling berkaitan dan jika kita tari benang merah, masing-masing terangkai. Saya beri salah satu contohnya, kamu sedang buat 'status' kan? Salah satu tanda pemanfaatan teknologi dengan menggunakan media sosial dan sekarang pengguna media sosial semakin banyak, bahkan cukup sulit untuk menghitung jumlah pastinya.
"terus, Maksudnya Jo?" Bejan mulai penasaran.
"Secara teori, yang namanya media sosial berfungsi sebagai penghubung antar satu individu dengan yang lain. Akifitas ini dilakukan sebagai upaya untuk selalu mengerti dan mengetahui keadaan saudara dan kerabat yang bertempat jauh dari posisi kita saat ini.
Lha sekarang fungsi media sosial semakin berkembang pesat dan tak jarang digunakan untuk kepentingan yang kurang baik, semisal pamer sesuatu yang dimiliki, bahkan media sosial juga dapat digunakan untuk penipuan.
Karena perkembangan media sosial (serta berbagai aplikasi lain di handphone)  yang begitu pesat, banyak orang semakin kecanduan gadget. Salah satu dampak negatif yang saya lihat akhir-akhir ini adalah dengan gadget tersebut banyak orang yang hilang kepekaannya dengan orang-orang terdekat, ada pula yang menggunakan alat komunikasi tersebut berlarut-larut hingga melupakan waktu, bahkan juga kita temui seorang anak yang memarahi ibunya karena menghentikan anak tersebut bermain game di android.
Lebih jauh lagi, ada sebuah ungkapan yang menarik,
"Media sosial sekarang sudah beralih fungsi, sebagian digunakan untuk mendekatkan (terus terhubung) dengan orang yang jauh dengan kita, namun di sisi lain, mengacuhkan orang dekat yang ada di sekeliling kita."
Kamu bisa lihat ada keluarga yang sedang makan bersama, suasana makan yang hening tanpa obrolan, sebagian disebabkan oleh kesibukan masing-masing karena memegang gadget. Sang ayah sedang menonton youtube,sang ibu sedang memeriksa kabar terbaru berkaitan dengan style jaman now dan anaknya sendiri sibuk bermain game online.
Suasana kekeluargaan semakin hilang, kehangatan keluarga semakin menipis dan pada saat berikutnya banyak momen indah keluarga terbuang karena kesibukan masing-masing."
"betul juga Jo, jika terus berlanjut dan tidak dapat mengelola waktu dengan baik, bisa-bisa akan semakin mematikan rasa kemanusiaan"
"Makanya  kita harus cerdas dalam menggunakan kecanggihan teknologi serta  pandai-pandai membagi waktu."
Sedang berdialog cukup panjang, seorang pelayan datang menegur,
"Mas, kopi sampean sudah dingin lho, saya juga mau tutup mas, maaf untuk hari ini tutup cepat, karena tetangga sedang ada hajatan."
"Oh iya mas, mohon maaf, tunggu sebentar lagi ya," tutur Bejan.
"Ayo Jan, segera dihabiskan dan kita  segera meluncur ke pasar, katanya mau beli sesuatu untuk oleh-oleh di rumah"
"Siap Boss."


sumber : https://www.kompasiana.com/avivazantha/5aa3926abde575243e258a03/teknologi-dan-kepekaan-sosial

Rabu, 21 Maret 2018

Kamu ke Kiri, Boleh to Saya ke Kanan?


Dimanapun kita berada, pasti, akan menemui beragam model jenis manusia dengan berbagai pemikiran, latar belakang, sifat dan karakternya masing-masing. Ketika kita sudah sadar bahwa hal  tersebut merupakan keniscayaan tentu kita akan mensikapi hidup lebih selow, woles, tenang dan tidak grusa-grusu dalam mengambil sikap. Tentu tidak pula kemudian kita mudah meremehkan sesuatu dan sekarepe dewe. Tetap kita harus memegang nilai, norma serta kebijaksanaan dalam masyarakat.

Dengan luasnya jagat raya serta dunia ini, diperlukan proses secara terus menerus untuk semakin dapat memahami setiap kejadian sembari belajar dari pengalaman untuk mendewasakan diri. Melihat sebuah persoalan dengan berbagai sudut pandang serta pemahaman.

Seperti kata mbah Wittgenstein yang dikutip oleh mas Edi AH Iyubenu dalam bukunya ‘Cerita Pilu Manusia Kekinian’, “Jangan menjadi lalat dalam toples kaca”. Merasa bisa melihat dan mengetahui segala hal pada hal sama sekali tidak kemana-mana. Ia tetap di dalam toples kaca dibekap absolutivitas perasaan dan pemikirannya sendiri.

Persoalan tentang kehidupan memang tiada habis untuk dibahas, seperti halnya juga saat kita membahas tentang kriteria kebahagiaan . seorang teman pernah bercerita, terkadang kita memerlukan sebuah new view, sebuah pandangan baru, suasana baru dan tentu saja sedikit berani. Jika memiliki sedikit waktu sempatkan untuk mendaki gunung menikmati semilirnya angin, sedikit menengoh indahnya laut serta pohon kelapa yang melambai-lambai atau mungkin hanya sebatas ngopi di tempat baru yang belum kita kunjungi.

Pada titik-titik tertentu memang, kita dihadapkan pada sebuah keadaan yang menyulitkan diri, namun juga bukan berarti kita harus putus asa. Saat kita telah bertahan hingga sejauh ini, tentu itu merupakan modal pengalaman yang sangat berharga. Sungguh berharga, sehingga tidak perlu spaneng dan pisuh-pisuhan seperti ketika kalah bermain mobile legend.

Terkadang kita merasa bahwa orang lain terlalu mendominasi dan mengkerdilkan kemampuan kita, kita pun juga terkadang memiliki sikap yang sama pula, tanpa sadar juga memaksakan kehendak diri untuk selalu diikuti orang lain.

Dalam permasalahan yang kompleks, tentu sebagai orang Islam kita harus merujuk pada kitab suci al Qur’an. Kebenaran itu mutlak hanya dimiliki agama Islam sebagai satu-satunya pedoman umat manusia, namun juga tidak diartikan mewajibkan setiap manusia untuk memeluk agama Islam dengan dipaksakan, terlebih lagi hingga menimpulkan konflik berkepanjangan. Al Qur’an mentyebutkan, laa ikraha fiddiin, tidak ada paksaan untuuk masuk dalam agama Islam. Ayat lain yang semisal disebutkan dalam surat al Kahf ayat 29 tentang kebebasan utuk beriman atau kafir, tentu dengan segala konsekuensinya.

Inilah ayat pokok tentang pentingnya mengedepankan kesadaran, keteguhan beragama serta kearifan untuk mengambil sikap. Jika kita turunkan, akan ada semacam titik-titik batas dimana seseorang hanya boleh mengajak dan memberi peringatan, selebihnya adalah hak manusia untuk memilih jalan yang benar atau jalan yang salah.

Hidup itu memang kompleks teman, segala hal yang terjadi saling berkaitan satu dengan yang lain. Setiap pilihan yang kita ambil saat ini juga akan menentukan masa depan. Setiap perjalanan, pengalaman dan kisah kehidupan akan selalu mewarnai zaman hingga akhirnya nanti kita menghadap sang pemilik jagat semesta (Allah SWT) dengan tersenyumkah atau dengan menangiskah, semua ditentukan mulai saat ini.

Hiduplah dengan santun, woles namun juga tegas dan memiliki prinsip kebjaksanaan yang kuat.
Salam.


sumber : https://www.kompasiana.com/avivazantha/5ab33207f133447db05074e4/kamu-ke-kiri-boleh-to-saya-ke-kanan

Dibalik Kesulitan, Disitu ada Jalan


Tanpa sengaja ketika saya pergi ke tempat foto copy untuk suatu urusan, saya menemukan  sebuah cover buku yang memiliki tulisan cukup menarik, meskipun kurang begitu memahami bahasa Inggris namun perkataannya cukup familiar di telinga beginner seperti saya.
Sebuah kertas yang bertuliskan,
"Stars can't shine without darkness"
Saya berhenti sejenak untuk bisa mencerna kalimat ini, paling tidak ada sebuah makna yang menarik dalam kalimat tersebut yang setidaknya memiliki arti teks nya,
"bintang-bintang itu tidak dapat bersinar tanpa adanya kegelapan."
Seketika itu saya berpikir, bahwa tidak selamanya keburukan itu kita anggap buruk tanpa melihat sebab dan akibat yang berkaitan. Mungkin kita melihat bahwa perilaku mencuri adalah perbuatan melanggar hukum, tercela dan berdosa, namun apakah kita masih dapat berpikiran demikian ketika realitas dalam masyarakat adalah orang-orang individualis, orang kaya sibuk mencari harta dengan berbagai cara, para legislatifnya menipu rakyat (mengambil uang hak rakyat) dengan janji yang tidak ditepati, para pedagang mengambil keuntungan dari curangnya mengatur timbangan, orang-orang yang berhutang melupakan akan hak milik tentang barang yang dipinjamnya.
Coba kita membayangkan sebagai orang jujur, baik, pengertian dan ramah yang tinggal dilingkungan tersebut dan tidak memiliki kesempatan untuk berhijrah (pindah tempat tinggal), apa yang akan kita lakukan setidaknya untuk bertahan hidup?
Itu adalah contoh singkat yang terlintas ketika membaca satu baris kalimat singkat yang tidak sengaja. Ketika kita melihat lebih luas lagi, banyak hal yang kita dapatkan ketika membahas tentang hubungan sebab akibat.
Pada sudut pandang yang lain sebenarnya ada sebuah titik terang jalan keluar ketika kita melihat realitas kehidupan yang semakin kompleks. Ayat Al Qur'an menyebutkan sebuah  pernyataan yang menarik,
Coba kita buka surat Alam Nasrah ayat 5-6 yang secara berulang disebutkan dua kali,
"Inna ma'al usri yusra, fainna ma'al usri yusra"
"Sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan, maka sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan."
Ada satu kalimat menarik,
"maka bersama kesulitan itu ada kemudahan"
Kata 'bersama' ketika kita definisakan akan memiliki arti saling, beriringan dan saling melengkapi. Saya jadi teringat dengan salah satu amalan yang cukup menguras energi dalam agama Islam, yaitu ibadah puasa. Satu bagian pelajaran kecilnya adalah, kita akan menemukan (tersadar) kenikmatan rezeki (makanan) meski hanya dengan segelas air putih dan semangkok bubur. Kita bahasakan lebih mudahnya,
"Orang yang sering (tiap hari) makan ayam bakar memiliki rasa syukur yang berbeda dengan orang yang sebulan sekali makan ayam bakar meskipun keduanya memiliki kemampuan yang sama untuk membeli ayam bakar tiap hari."
Dalam kehidupan sering kali kita berputus asa atas sebuah kegagalan yang terjadi. Okelah, sedikit bersedih itu wajar, namun jangan berlarut. Coba lihatlah secara luas, perjuanganmu sampai titik ini sudah demikian panjangnya dan coba pikirkan perasaan bahagia ketika kamu melewati setiap kesulitan itu sehingga menggenggam sebuah keinginan yang terwujud.


sumber : https://www.kompasiana.com/avivazantha/5a955f8aab12ae5d106ba142/dibalik-kesulitan-disitu-ada-jalan
sumber gambar : https://bkmalkautsar.com

Senin, 12 Februari 2018

Syariat dan Realitas


Tanpa sengaja Bejo dan Bejan bertemu di pinggir sungai, mereka mencari tempat berteduh dan menceritakan pengalamannya selama satu Minggu ini. Seperti biasa, mereka mengambil daun dan sesekali pelepah kering untuk digunakan sebagai alas duduk. Dengan senyum simpul Bejan menyapa,

"Apa yang kamu bawa Jo?"

"Ini, bekalku tadi pagi belum habis," jawab Bejo.
"Hem, bolehlah ku minta"
"Boleh-boleh, tapi ada syaratnya"
"Apa itu," wajah Bejan penuh penasaran.
"Jawab dulu pertanyaaan ku, pertanyaannya seperti ini, apa yang membuat manusia merasakan nikmatnya makanan?"
"Tentulah karena rasanya enak," Bejan menyahut.
"Selain itu?"
"Apa ya? Sedang lapar mungkin"
"Ada satu hal Jan yang lebih penting lagi, yaitu kamu punya lidah yang normal untuk merasakan makanan. Ada lagi nih, lidah yang normal pun tidak akan merasakan nikmatnya makanan ketika kamu sudah merasa kenyang."
"Em, iya juga"
"Ada lagi nih, sesuatu yang mengurangi kenikmatan makanan"
"Apa itu Jo?"

"Yaitu karena sudah terlalu seringnya kamu memakan makanan itu, dari sini interpretasi masing-masing orang akan berbeda lagi tergantung jenis makanan yang dimakan, seberapa banyak serta seberapa sering dia makan, termasuk juga tentang kondisi psikis seseorang."
"Mendengar jawabanmu yang panjang aku menjadi semakin lapar"
"Oke, makanlah dulu, jangan lupa berdoa," jawab Bejo.

Bejan bersiap memakan bekal Bejo, makanan dalam bungkus daun jati tersebut dibuka, sesaat kemudian Bejan bersiap melahap makanan. Belum sempat masuk kedalam mulut Bejan, Bejo menahannya.

"E e e, jangan pakai tangan kiri, itu tidak baik secara syariat"
Dengan menelan ludah Bejan berhenti bernapas sejenak,
"Maaf, aku lupa. Tapi tunggu dulu Jo, saya ingin bertanya, kalau secara rasional tiada beda kan makan dengan tangan kanan maupun dengan tangan kiri?"
"Betul kawanku, dari segi penglihatan mata memang tidak ada, namun sebenarnya banyak konsekuensi berkaitan dengan apa yang kamu lakukan.

Pertama, ketika kamu tidak melakukan dengan alasan meremehkan hal itu, berarti kamu telah berdusta terhadap hukum syariat yang kamu ketahui, sehingga kamu melakukannya sekehendak hatimu, bukankah kamu telah berucap untuk mencontoh teladan terbaik, Rasulullah?.

Kedua, secara etika tangan kanan sebagai bagian tubuh yang memegang sesuatu yang baik, oleh karenanya kamu gunakan sebagaimana mestinya, tangan kanan baik untuk perbuatan baik, tangan kiri baik untuk perbuatan selainnya."

Tanpa sadar Bejan melongo, tidak mengingat bahwa dia sedang memegang makanan. Sejenak kemudian dia menelan ludah dan memakan makanannya hingga habis.
Setelah selesai makan Bejo menyampaikan pesan sebelum mereka berpisah,

"Terakhir Jan, sebelum kita berpisah, tak kasih sesuatu"
"Apa itu?," tanya Bejan Penasaran.
"Ini tak kasih salah satu kunci kesuksesan dunia"
"Apa ini?"
"Ini pena kawan"


Sumber gambar : http://fadhlihsan.blogspot.co.id

Rabu, 07 Februari 2018

Untukmu yang Katanya Manis Janjinya



Lihatlah tentang sebenarnya
Apa yang terjadi?
Dipundak mereka terpukul beban berat
Cukup berat untuk menopang perjuangan hayat
Janganlah,
Jangan!
Jangan kau tambah beban, yang mereka sendiri tidak mengerti itu apa
Kamu tahu orang yang terlalu sering berputus asa?
Mereka telah kehilangan ekspresi sedihnya
Jika mereka tersenyum, itulah saat mereka menangis
Janganlah,
Jangan!
Sekali kali jangan membuat lagi mereka bertambah menderita
Selama belum dapat meringankan
Apalagi membahagiakan

Kredit gambar : mysharing.co

Jumat, 02 Februari 2018

Qur'an in Microsoft Word



Qur'an in Word adalah sebuah aplikasi Al Qur'an yang terintegrasi dengan Microsoft Word, artinya aplikasi ini hanya dapat digunakan ketika membuka Microsoft Word. Kelebihannya adalah ketika kita ingin mendapatkan atau mencari ayat tertentu yang kita inginkan cukup kita pilih sesuai nama dan ayat surat.

Aplikasi ini sangat cocok digunakan untuk membuat materi atau artikel seputar pengetahuan agama Islam. Aplikasi ini juga dapat digunakan untuk mahasiswa yang membuat karya tulis atau karya ilmiah.

Cara installnya cukup mudah, sama dengan aplikasi pada umumnya dngan ketentuan Microsoft Word dalam keadaan tertutup.

Bagi yang menginginkan silakan download di link berikut:

https://www.4shared.com/file/LMsi04UDei/SetupQuranInWordInd13.html

Rabu, 31 Januari 2018

HAM dan Kebebasan Manusia


Setiap manusia menginginkan kehidupan yang baik, segala hal yang diinginkan terpenuhi dan mendapatkan apa yang dicita-citakan. Secara naluriah kebutuhan-kebutuhan yang ada di dalam tubuh juga hendaknya terpenuhi dengan baik, mulai dari tercukupinya pangan, sandang dan papan termasuk pula memiliki kehidupan keluarga yang harmonis, hak hidup layak serta hak berkreasi sebagai wujud pengembangan dan aktualisasi diri.

Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah, “apakah setiap yang diinginkan manusia dapat terpenuhi dengan baik?”
Kiranya pertanyaan ini semakin menjadi menarik lagi ketika setiap manusia memiliki sesuatu untuk diraih dengan berbagai keinginan yang berbeda-beda setiap individunya.  Keinginan yang banyak dan bermacam-macam tersebut menjadikan setiap individu berkompetisi untuk meraih tujuannya.

Sebelum dibahas lebih jauh, marilah diperjelas terlebih dahulu tentang hak asasi yang harus terpenuhi bagi setiap manusia.  Setidaknya akan kita temuka tiga pembagian dasar yang harus dimiliki secara layak bagi manusia, yaitu hak mendapatkan makanan, berpakaian serta bertempat tinggal.

Setelah ketiganya terpenuhi dengan baik tentu akan berkembang lebih luas lagi, mulai dari keinginan mendapatkan sarana dan layanan kesehatan yang memadai, pendidikan untuk masa depan dan seterusnya.

Secara alami keinginan untuk terpenuhinya berbagai macam kebutuhan hidup telah tertanam dalam diri masing-masing dan secara naluri kesemua itu akan diperjuangkan oleh manusia. Namun pada suatu waktu, ketika salah satu individu merasa hak hidupnya tidak terpenuhi akan melakukan reaksi dengan berbagai cara. Pada kenyataan ini, ketika semakin banyak orang-orang yang merasa semakin menjauh dengan apa yang diinginkan maka akan semakin muncul gesekan antar individu maupun kelompok.

Seseorang akan berkumpul dengan orang lain yang memiliki perasaan, keinginan, sesuatu yang diperjuangkan yang sama. Masing-masing individu saling menjalin kerjasama dan membentuk sebuah perkumpulan untuk meraih tujuan.

Berbicara tentang masalah ini, saya pernah berdiskusi dengan seorang teman yang menjelaskan beberapa hal menarik terkait pembahasan Hak Asasi Manusia (HAM).
Setiap orang atau kelompok masyarakat memiliki definisi tersendiri berkaitan dengan hak bebas seorang individu.

Perbandingan yang menarik berkaitan dengan permasalahan HAM di suatu negara. Secara  umum HAM kita pahami sebagai sarana memanusiakan manusia, namun dalam perkembangannya diimplikasikan berbeda-beda. Di beberapa Negara timur tengah (Arab) sebelum datangnya Islam, beberapa perlakuan diskriminatif dan pelanggaran HAM terjadi di sini. Para perempuan dianggap tidak memiliki hak berkehidupan serta mengganggap mereka aib keluarga. Ketika itu juga masih dikenal konsep siapa yang kuat dialah yang berkuasa sehingga Islam datang sebagai salah satu alat untuk memperjuangkan hak hidup dan menjelaskan bahwa “tidak penting kedudukanmu, tidak penting jenis kelaminmu, yang paling penting adalah kebaikanmu (ketaqwaan).”

 Di Negara barat memiliki sejarah  HAM yang berbeda, dengan kemajuan teknologi yang dimilikinya mereka semakin berlomba-lomba untuk menjadi semakin unggul. Di sini berkembang paham kebebasan tanpa batas sebagai seorang individu. Konsekuensi dari hukum ini adalah selama yang dilakukan dianggap baik dan tidak merugikan orang lain tidak menjadi sebuah masalah. Paham ini sering disebut dengan Negara yang memiliki paham liberal (bebas).

Dampak secara besarnya adalah peran sebuah agama atau kepercayaan semakin diminimalisir dikarenakan tidak sejalan lagi (menurut mereka) dengan HAM. Banyak aturan agama yang menurut mereka mengekang kebebasan individu sehingga agama semakin dianggap membebani masyarakat.

Jika ditarik lebih umum maka HAM sangat berkaitan dengan norma, kebiasaan, kepercayaan dan agama suatu masyarakat, sehingga tiap-tiap daerah memiliki pandangan sendiri terkait HAM.

kredit picture : https://www.hidayatullah.com/
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com