Senin, 26 Maret 2018

Teknologi dan Kepekaan Sosial


Setiap akhir pekan, Bejo dan Bejan menyempatkan diri untuk berjalan-jalan melihat keindahan kota. Karena jarak ke kota cukup jauh mereka memanfaatkan aplikasi ojek online yang hanya digunakan seminggu sekali. Tidak lupa, ketika sampai di kota mereka menyempatkan untuk mampir di warung langganan yang selama ini menjadi favorit mereka. Favorit bukan karena menu maupun harganya, namun lebih kepada pemilihan lokasi yang cukup strategis yaitu berdekatan dengan jalan raya.
Dengan melihat orang yang berlalu lalang menjadi topik pembahasan yang cukup panjang untuk mereka berdua. Dengan mengambil bagian dari sudut teras mereka menemui pelayan warung.
"Mas, saya pesan kopi cangkir satu ya, gulanya sedikit saja," ucap Bejo kepada pelayan.
"Saya yang agak manis mas, kayak cewek yang duduk di taman itu, hehe," sahut Bejan.
Sesaat setelah memesan minuman, mereka masing-masing membuka HP android yang dimiliki, seperti biasa, rutinitas dalam menunggu pesanan datang mereka membuka facebook untuk membuat status.
"Saya heran Jo, kenapa kahir-akhir ini banyak orang semakin kehilangan empati terhadap lingkungan maupun keadaan sekitar."
"Em, bisa lebih diperjelas?", sahut Bejo.
"Banyak yang saya lihat dan temui orang-orang mementingkan diri sendiri, mementingkan keuntungan materi dan semakin tidak mau ikut berkontribusi dalam kegiatan sosial, mungkin karena nggak ada duit nya kali ya?"
"Tumben kamu mau merenung, hehe"
"ah, kamu ini, saya serius lho"
"Iya-iya,
Gini Jan, semua realitas yang terjadi di dunia ini saling berkaitan dan jika kita tari benang merah, masing-masing terangkai. Saya beri salah satu contohnya, kamu sedang buat 'status' kan? Salah satu tanda pemanfaatan teknologi dengan menggunakan media sosial dan sekarang pengguna media sosial semakin banyak, bahkan cukup sulit untuk menghitung jumlah pastinya.
"terus, Maksudnya Jo?" Bejan mulai penasaran.
"Secara teori, yang namanya media sosial berfungsi sebagai penghubung antar satu individu dengan yang lain. Akifitas ini dilakukan sebagai upaya untuk selalu mengerti dan mengetahui keadaan saudara dan kerabat yang bertempat jauh dari posisi kita saat ini.
Lha sekarang fungsi media sosial semakin berkembang pesat dan tak jarang digunakan untuk kepentingan yang kurang baik, semisal pamer sesuatu yang dimiliki, bahkan media sosial juga dapat digunakan untuk penipuan.
Karena perkembangan media sosial (serta berbagai aplikasi lain di handphone)  yang begitu pesat, banyak orang semakin kecanduan gadget. Salah satu dampak negatif yang saya lihat akhir-akhir ini adalah dengan gadget tersebut banyak orang yang hilang kepekaannya dengan orang-orang terdekat, ada pula yang menggunakan alat komunikasi tersebut berlarut-larut hingga melupakan waktu, bahkan juga kita temui seorang anak yang memarahi ibunya karena menghentikan anak tersebut bermain game di android.
Lebih jauh lagi, ada sebuah ungkapan yang menarik,
"Media sosial sekarang sudah beralih fungsi, sebagian digunakan untuk mendekatkan (terus terhubung) dengan orang yang jauh dengan kita, namun di sisi lain, mengacuhkan orang dekat yang ada di sekeliling kita."
Kamu bisa lihat ada keluarga yang sedang makan bersama, suasana makan yang hening tanpa obrolan, sebagian disebabkan oleh kesibukan masing-masing karena memegang gadget. Sang ayah sedang menonton youtube,sang ibu sedang memeriksa kabar terbaru berkaitan dengan style jaman now dan anaknya sendiri sibuk bermain game online.
Suasana kekeluargaan semakin hilang, kehangatan keluarga semakin menipis dan pada saat berikutnya banyak momen indah keluarga terbuang karena kesibukan masing-masing."
"betul juga Jo, jika terus berlanjut dan tidak dapat mengelola waktu dengan baik, bisa-bisa akan semakin mematikan rasa kemanusiaan"
"Makanya  kita harus cerdas dalam menggunakan kecanggihan teknologi serta  pandai-pandai membagi waktu."
Sedang berdialog cukup panjang, seorang pelayan datang menegur,
"Mas, kopi sampean sudah dingin lho, saya juga mau tutup mas, maaf untuk hari ini tutup cepat, karena tetangga sedang ada hajatan."
"Oh iya mas, mohon maaf, tunggu sebentar lagi ya," tutur Bejan.
"Ayo Jan, segera dihabiskan dan kita  segera meluncur ke pasar, katanya mau beli sesuatu untuk oleh-oleh di rumah"
"Siap Boss."


sumber : https://www.kompasiana.com/avivazantha/5aa3926abde575243e258a03/teknologi-dan-kepekaan-sosial

Rabu, 21 Maret 2018

Kamu ke Kiri, Boleh to Saya ke Kanan?


Dimanapun kita berada, pasti, akan menemui beragam model jenis manusia dengan berbagai pemikiran, latar belakang, sifat dan karakternya masing-masing. Ketika kita sudah sadar bahwa hal  tersebut merupakan keniscayaan tentu kita akan mensikapi hidup lebih selow, woles, tenang dan tidak grusa-grusu dalam mengambil sikap. Tentu tidak pula kemudian kita mudah meremehkan sesuatu dan sekarepe dewe. Tetap kita harus memegang nilai, norma serta kebijaksanaan dalam masyarakat.

Dengan luasnya jagat raya serta dunia ini, diperlukan proses secara terus menerus untuk semakin dapat memahami setiap kejadian sembari belajar dari pengalaman untuk mendewasakan diri. Melihat sebuah persoalan dengan berbagai sudut pandang serta pemahaman.

Seperti kata mbah Wittgenstein yang dikutip oleh mas Edi AH Iyubenu dalam bukunya ‘Cerita Pilu Manusia Kekinian’, “Jangan menjadi lalat dalam toples kaca”. Merasa bisa melihat dan mengetahui segala hal pada hal sama sekali tidak kemana-mana. Ia tetap di dalam toples kaca dibekap absolutivitas perasaan dan pemikirannya sendiri.

Persoalan tentang kehidupan memang tiada habis untuk dibahas, seperti halnya juga saat kita membahas tentang kriteria kebahagiaan . seorang teman pernah bercerita, terkadang kita memerlukan sebuah new view, sebuah pandangan baru, suasana baru dan tentu saja sedikit berani. Jika memiliki sedikit waktu sempatkan untuk mendaki gunung menikmati semilirnya angin, sedikit menengoh indahnya laut serta pohon kelapa yang melambai-lambai atau mungkin hanya sebatas ngopi di tempat baru yang belum kita kunjungi.

Pada titik-titik tertentu memang, kita dihadapkan pada sebuah keadaan yang menyulitkan diri, namun juga bukan berarti kita harus putus asa. Saat kita telah bertahan hingga sejauh ini, tentu itu merupakan modal pengalaman yang sangat berharga. Sungguh berharga, sehingga tidak perlu spaneng dan pisuh-pisuhan seperti ketika kalah bermain mobile legend.

Terkadang kita merasa bahwa orang lain terlalu mendominasi dan mengkerdilkan kemampuan kita, kita pun juga terkadang memiliki sikap yang sama pula, tanpa sadar juga memaksakan kehendak diri untuk selalu diikuti orang lain.

Dalam permasalahan yang kompleks, tentu sebagai orang Islam kita harus merujuk pada kitab suci al Qur’an. Kebenaran itu mutlak hanya dimiliki agama Islam sebagai satu-satunya pedoman umat manusia, namun juga tidak diartikan mewajibkan setiap manusia untuk memeluk agama Islam dengan dipaksakan, terlebih lagi hingga menimpulkan konflik berkepanjangan. Al Qur’an mentyebutkan, laa ikraha fiddiin, tidak ada paksaan untuuk masuk dalam agama Islam. Ayat lain yang semisal disebutkan dalam surat al Kahf ayat 29 tentang kebebasan utuk beriman atau kafir, tentu dengan segala konsekuensinya.

Inilah ayat pokok tentang pentingnya mengedepankan kesadaran, keteguhan beragama serta kearifan untuk mengambil sikap. Jika kita turunkan, akan ada semacam titik-titik batas dimana seseorang hanya boleh mengajak dan memberi peringatan, selebihnya adalah hak manusia untuk memilih jalan yang benar atau jalan yang salah.

Hidup itu memang kompleks teman, segala hal yang terjadi saling berkaitan satu dengan yang lain. Setiap pilihan yang kita ambil saat ini juga akan menentukan masa depan. Setiap perjalanan, pengalaman dan kisah kehidupan akan selalu mewarnai zaman hingga akhirnya nanti kita menghadap sang pemilik jagat semesta (Allah SWT) dengan tersenyumkah atau dengan menangiskah, semua ditentukan mulai saat ini.

Hiduplah dengan santun, woles namun juga tegas dan memiliki prinsip kebjaksanaan yang kuat.
Salam.


sumber : https://www.kompasiana.com/avivazantha/5ab33207f133447db05074e4/kamu-ke-kiri-boleh-to-saya-ke-kanan

Dibalik Kesulitan, Disitu ada Jalan


Tanpa sengaja ketika saya pergi ke tempat foto copy untuk suatu urusan, saya menemukan  sebuah cover buku yang memiliki tulisan cukup menarik, meskipun kurang begitu memahami bahasa Inggris namun perkataannya cukup familiar di telinga beginner seperti saya.
Sebuah kertas yang bertuliskan,
"Stars can't shine without darkness"
Saya berhenti sejenak untuk bisa mencerna kalimat ini, paling tidak ada sebuah makna yang menarik dalam kalimat tersebut yang setidaknya memiliki arti teks nya,
"bintang-bintang itu tidak dapat bersinar tanpa adanya kegelapan."
Seketika itu saya berpikir, bahwa tidak selamanya keburukan itu kita anggap buruk tanpa melihat sebab dan akibat yang berkaitan. Mungkin kita melihat bahwa perilaku mencuri adalah perbuatan melanggar hukum, tercela dan berdosa, namun apakah kita masih dapat berpikiran demikian ketika realitas dalam masyarakat adalah orang-orang individualis, orang kaya sibuk mencari harta dengan berbagai cara, para legislatifnya menipu rakyat (mengambil uang hak rakyat) dengan janji yang tidak ditepati, para pedagang mengambil keuntungan dari curangnya mengatur timbangan, orang-orang yang berhutang melupakan akan hak milik tentang barang yang dipinjamnya.
Coba kita membayangkan sebagai orang jujur, baik, pengertian dan ramah yang tinggal dilingkungan tersebut dan tidak memiliki kesempatan untuk berhijrah (pindah tempat tinggal), apa yang akan kita lakukan setidaknya untuk bertahan hidup?
Itu adalah contoh singkat yang terlintas ketika membaca satu baris kalimat singkat yang tidak sengaja. Ketika kita melihat lebih luas lagi, banyak hal yang kita dapatkan ketika membahas tentang hubungan sebab akibat.
Pada sudut pandang yang lain sebenarnya ada sebuah titik terang jalan keluar ketika kita melihat realitas kehidupan yang semakin kompleks. Ayat Al Qur'an menyebutkan sebuah  pernyataan yang menarik,
Coba kita buka surat Alam Nasrah ayat 5-6 yang secara berulang disebutkan dua kali,
"Inna ma'al usri yusra, fainna ma'al usri yusra"
"Sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan, maka sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan."
Ada satu kalimat menarik,
"maka bersama kesulitan itu ada kemudahan"
Kata 'bersama' ketika kita definisakan akan memiliki arti saling, beriringan dan saling melengkapi. Saya jadi teringat dengan salah satu amalan yang cukup menguras energi dalam agama Islam, yaitu ibadah puasa. Satu bagian pelajaran kecilnya adalah, kita akan menemukan (tersadar) kenikmatan rezeki (makanan) meski hanya dengan segelas air putih dan semangkok bubur. Kita bahasakan lebih mudahnya,
"Orang yang sering (tiap hari) makan ayam bakar memiliki rasa syukur yang berbeda dengan orang yang sebulan sekali makan ayam bakar meskipun keduanya memiliki kemampuan yang sama untuk membeli ayam bakar tiap hari."
Dalam kehidupan sering kali kita berputus asa atas sebuah kegagalan yang terjadi. Okelah, sedikit bersedih itu wajar, namun jangan berlarut. Coba lihatlah secara luas, perjuanganmu sampai titik ini sudah demikian panjangnya dan coba pikirkan perasaan bahagia ketika kamu melewati setiap kesulitan itu sehingga menggenggam sebuah keinginan yang terwujud.


sumber : https://www.kompasiana.com/avivazantha/5a955f8aab12ae5d106ba142/dibalik-kesulitan-disitu-ada-jalan
sumber gambar : https://bkmalkautsar.com
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com