Hanya Ilustrasi |
Aku terus berjalan, melewati segala kondisi yang ada. Terjal, meliuk, menurun, lurus, semua ku jamah dengan kaki penopang tubuh ini. Lamat-lamat kulihat di depan, secercah cahaya, pada kenyataannya adalah kondisi yang berbeda. Lamat-lamat kulihat setitik kegelapan, nyatanya juga tidak se 'ngeri' apa yang terlihat.
Akhirnya aku menyimpulkan, bahwa segala sesuatu hanya dapat diprediksi, diperkirakan dan diperhitungkan, pada kenyataannya tentu berbeda daripada pemikiran yang ada. Akhirnya aku terus berjalan dan melangkah. Belajar dari segala apa yang kulihat, kudengar dan kurasakan. Meski tergelincir di sana-sini, aku mencoba terus bangkit dan bangkit.
Pemikiran dan kenyataan yang berbeda membuatku belajar untuk beradaptasi dengan masa, waktu, suasana dan kenyataan.
Kesakitan yang ku alami nyatanya akan berganti dengan perasaan lain. Kadang sedih, kadang bahagia. Kadang mudah, kadang sulit. Semua berganti terus menerus dan tiap saat.
Aku memandang, betapa beruntungnya orang lain, nyatanya aku termakan dengan fatamorgana itu sendiri. Berkhayal yang tinggi akan mengabaikan kenyataan dan mengurangi rasa syukur.
Menyesal, iya; bersyukur juga iya, semuanya mengisi rongga hati tentang apa yang sudah terjadi. Sedemikian liar apapun pemikiran, dan seberapa keras usaha, pada akhirnya kenyataan lah yang akan dirasakan.
Apa yang terjadi itulah kenyataan yang harus diterima, dan apa yang belum terjadi itulah yang harus diupayakan sebaik mungkin. Hingga pada suatu titik nanti, manusia akan ditanya seadil-adilnya tentang apa yang dipikirkan, tentang apa yang diucapkan dan tentang apa yang dilakukan.
Bismillah, aku pasrahkan semuanya kepada sang maha pemilik jagat raya.
0 comments :
Posting Komentar