Ilustrasi |
Masih ingatkah uang jajan SD jaman dulu?
Saya ingat betul di tahun 2000, Ketika itu uang saku saya adalah Rp.200.-. yang dengan uang segitu saya bisa membeli 2 buah arem-arem atau dalam bahasa sekarang lontong isi sayur. Di jaman itu, belum begitu banyak kendaraan, penggunaan HP pun masih jarang sekali. Ketika itu guru SD saya pun hanya beberapa yang sudah memiliki HP.
Saya tidak ingat secara detail materi apa saja yang saya pelajari ketika itu. Namun, saya ingat bahwa waktu-waktu bermain di luar kelas sangatlah cukup. Bermain kelereng, membuat garis di tanah, berlari-lari dan lain sebagainya.
Yang menarik lagi saat itu adalah laki-laki dan perempuan masih sangat menjaga diri. Jangankan ada istilah “pacaran”, sekedar dijodohkan dengan lawan jenis saja malunya setengah mati. Ya.. mungkin merasa bahwa berdekatan dengan lawan jenis adalah hal yang “tabu”.
Masuk jenjang SMP, tidak begitu jauh berbeda, “vibes” remaja saat itu masih terasa. Belajar, bermain, keluyuran dan kegiatan lainnya. Seingat saya definisi “nakal” anak remaja ketika itu masih dalam tataran normalnya anak remaja, belum banyak dijumpai hal-hal yang melanggar nilai-nilai ke-adaban dan syariat agama. Hal ini mungkin saja disebabkan karena wawasan anak-anak masih terbatas, tontonan di televisi juga terbatas, belum menyentuh dunia digital dan belum mengenal HP.
Dunia berkembang, jaman berubah, waktu berjalan. Mau tidak mau dan suka tidak suka kita harus mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan teknologi. Rumah-rumah model lama mulai diperbaiki, TV-TV mulai banyak dibeli, jual beli HP mulai luas dan informasi mulai berkembang cepat.
Dunia semakin berkembang pesat yang paling terlihat karena adanya HP android. Dengan mengakses jaringan internet yang luas menjadikan pertukaran informasi semakin cepat. Dari hal inilah ketika kita tidak punya filter yang kuat dalam menyaring informasi dan media maka bukannya mendapat kebaikan yang banyak, bisa jadi malah sebaliknya, orang-orang banyak terjerumus dalam penggunaan teknologi yang salah.
Bisa kita lihat kondisi sekarang, jangankan anak-anak SMP, anak-anak SD pun sudah sangat lihai mengakses internet, mereka mencari informasi seluas-luasnya, sampai-sampai banyak mendapatkan informasi yang salah dan tidak tepat. Rasa penasaran yang tinggi mengakibatkan anak semakin lebih jauh mengakses konten-konten yang “belum saatnya” mereka lihat. Sehingga banyak anak SD pun mulai suka dan senang dengan pacaran maupun bergaya sebagaimana orang dewasa.
Hal ini ditambah parah dengan minimnya pengawasan orang tua. Orang tua yang mungkin karena sibuk pekerjaan, sampai lupa dengan tugasnya mengawasi buah hatinya. Sesekali ingat untuk menasehati makan dan tidur, tapi lupa untuk mengecek prestasi maupun apa yang ditonton anaknya di HP. Dari hal ini tidak jarang anak-anak yang meniru kata-kata kasar di internet, banyak juga anak yang semaunya sendiri karena mengikuti tren di internet.
Kian masifnya perkembangan teknologi ini hendaknya benar-benar dilihat sebagai sesuatu yang harus diperhatikan betul. Perkembangan dan kemajuan adalah sebuah keniscayaan, sehingga perlu langkah-langkah yang tepat dalam mensikapi perkembangan tersebut.
0 comments :
Posting Komentar