Sabtu, 05 Desember 2015

Alamku

Senin, 02 November 2015

Analisa Sosial



Apa itu Analisis Sosial?
Ansos dapat difahami sebagai usaha untuk menganalisis sesuatu keadaan atau masalah sosial secara objektif, upaya ini kita lakukan untuk menempatkan suatu masalah tertentu dalam konteks realitas sosial yang lebih luas yang mencakup konsep waktu (sejarah), konteks struktur (ekonomi, sosial, politik, budaya, konteks nilai, dan konteks tingkat atau arah lokasi, yang dalam prosesnya analisis sosial merupakan usaha untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai hubunganhubungan
struktural, kultural dan historis, dari situasi sosial yang diamati.

Arti Penting dan Manfaat Ansos
Analisis sosial juga merupakan alat yang memungkinkan kita menangkap realitas sosial yang kita gumuli. Analisis sosial membantu untuk memahami dan mengidentifikasi:
1. Manakah permasalahan kunci dalam suatu masyarakat.
2. Manakah kelompok dalam masyarakat yang mempunyai akses pada sumber-sumber daya.
3. Kaitan berbagai sistem dalam masyarakat.
4. Potensi-potensi yang ada dalam masyarakat.
5. Tindakan-tindakan yang mengubah situasi dan yang memperkuat situasi

Prinsip Dasar dan Pendekatan
Analisis Sosial
Prinsip dan pendekatan “ruang dan waktu”
1. AnalisisWaktu (History); Kurun waktu perjalanan.
2. Analisis Ruang (Struktur); Sistim yang dominan.
Kedua pendekatan berjalan paralel, dan pada saat yang bersamaan dapat membedakan dimensi-dimensi “Objektif maupun Subjektif” dari fenomena yang terjadi.

Fokus Analisis – Pusat Analisis
1. Sistem-sistem yang ada di dalam komunitas.
2. Dimensi-dimensi Objektif dan Subjekti komunitas.
• {Objektif: Organisasi, Pola Perilaku dan lembaga lembaga sosial.
• Subjektif; Kesadaran, nilai-nilai, kepercayaan dan ideologi.}

Batasan dan Ruang Lingkup
Batas-Batas Ansos
1. Ansos tidak dirancang untuk menyediakan jawaban atas pertanyaan “apa yang kita perbuat”.
2. Ansos bukanlah sebuah kegiatan esoteris (untuk kelompok kecil) monopoli kaum intelektual.
3. Ansos bukan perangkat yang “bebas nilai”. Ansos memungkinkan kita untuk bergulat dengan prasangka-prasangka kita sendiri, mengkritik asumsi-asumsi dasar kita dan menggali horison-horison baru yang terbuka bagi kita. Proses diskusi dalam kelompok mempunyai peranan yang sangat penting selama melakukan kunjungan lapangan.

Objek-Objek Analisis Sosial
1. Masalah-masalah sosial, seperti; kemiskinan, pelacuran, pengangguran & kriminalitas. Sistem sosial, seperti: tradisi, usha kecil atau menengah, sistem pemerintahan, sitem pertanian.
2. Lembaga atau organisasi sosial, seperti: sekolah, layanan rumah sakit, lembaga pedesaan, NU, Muhamadiyah, PII, (Aceh; KPA, MUI, MUNA, LSM, dll)
3. Kebijakan publik seperti : dampak kebijakan BBM, dampak perlakuan sebuah UU.(Aceh: Syariat Islam, Qanun-Qanun, Otsus, Pilkada, dll)

Model-Model Metode Ansos
Ada beberapa metode analisis praktis yang dapat digunakan, diantaranya;
1) Metode SWOT.
2) Metode Ikan.
3) Metode Buzan (Peta Pemikiran).
---Deduktif dan Induktif---

Aliran dalam Analisis Sosial
1. Aliran Fungsionalis. (Ciri: melihat fungsi dari pelaku sebagai tanggapan logis atas munculnya fenomena sosial. Bersifat Pragmatis. Tidak memihak).
2. Aliran Strukturalis. (Ciri: Ingin merombak struktur yang menindas. Bersifat Makro)
3. Aliran Fenomenologis. (Hanya mengamati. Bersifat Mikro, Teoritis dan Visualis.
4. Aliran Humanis. (Budaya dan kesadaran sebagai penyebab masalah. Bersifat lokalistik dan pemecahan jangka pendek. Sarana advokasi)

Langkah-langkah Analisis Sosial
1. Membangun perumusan masalah, yang menjadi pusat perhatian
2. Membangun konsep-teoritis atas konteks realitas.
3. Mengenali struktur-struktur kunci yang mempengaruhi situasi yang ada
4. Menyusun pertanyaan-pertanyaan untuk membangun sebuah konteks
5. Menghimpun fakta-fakta, data-data yang berkorelasi dan melatarbelakangi
6. Menyusun model-model, mengkaji-menguji relevansinya.
7. Menguji beberapa jawaban pada korelasi dan keabsahan.
8. Menggali masalah lain yang muncul.

INSTRUMEN
FRANK STILLWEL
1. Apa yang sebenarnya terjadi?
2. Mengapa hal itu terjadi?
3. Siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan?
4. Apakah hal tersebut dianggap bermasalah?
5. Jika YA, bagaimana mengatasinya dan siapa yang harus melakukannya?

INSTRUMEN ICE-BERG
SYSTEM
1. Analisis berjenjang menurut derajat substansi: fenomena – pola – struktur.
2. Fenomena: refleksi data yang analog dengan permukaan gunung es, sifatnya artificial. Pola: refleksi data yang lebih dalam derajat substansinya.
3. Struktur: refleksi data yang mendasar dalam derajat substansinya.

Ansos dengan Pendekatan Sederhana
Pendekatan ini berlangsung melalui 10 pertanyaan yang masingmasing mempunyai kesejajaran dalam langkah-langkah yang lebih terperinci dalam metodologi. Pendekatan ini efektif dalam
beberapa kelompok kecil yang justru sedang mulai menggali realitas social wilayah mereka. Gerak maju lewat 10 pertanyaan ini akan menyingkap situasi dan merangsang keinginan untuk mengadakan analisis yang lebih mendalam. Pertanyaan-pertanyaan berikut menjadi jalan masuk ke arah usaha-usaha yang lebih mendalam.

NOTE: Untuk memulai melakukan ansos ada beberapa kuesioner (terlampir) yang dapat digunakan sebagai alat bantu. Dan agar pemahaman kita lebih mendalam referensi berikut dapat dipelajari lebih lanjut.
1. Apa yang Anda ketahui tentang situasi yang ada di sini sekarang ini? Apa yang sedang dialami rakyat?
2. Perubahan-perubahan apakah yang tengah terjadi dalam 20 tahun terakhir ini? Manakah peristiwa yang paling penting?
3. Apakah pengaruh uang terhadap situasi kita? Jelaskan !
4. Siapakah yang membuat keputusan terpenting di sini? Jelaskan !
5. Manakah hubungan terpenting yang ada dalam masyarakat sekarang ini? Jelaskan!
6. Manakah tradisi masyarakat yang paling penting? Jelaskan !
7. Apa yang paling dikehendaki orang dalam hidupnya? Jelaskan!
8. Apakah yang akan terjadi dalam 10 tahun ke depan jika segalanya tetap berlangsung seperti sekarang ini? Jelaskan !
9. Manakah penyebab terpenting dari situasi dewasa ini? Jelaskan !
10. Apa yang Anda pelajari dari semua itu?

Oleh: Tommy Apriando

kredit picture : baratheos.blogspot.com

Sabtu, 10 Oktober 2015

al-Qur'an dan Ilmu Pengetahuan (Menurut DR. Zakir Naik)


Salah satu bukti adanya tuhan adalah dikirimnya seorang utusan dari tuhan kepada umat manusia dengan membawa sebuah ajaran yang terdapat dalam sebuah buku/ kitab.
buku apapun yang diyakini sebagai kata-kata dari tuhan haruslah bertahan terhadap ujian waktu. dahulu merupakan masa sastra dan sekarang adalah masa ilmu pengetahuan modern.
lebih dari 1000 ayat yang terdapat dalam al-qur’an membicarakan tentang ilmu pengetahuan. ilmu pengetahuan yang disampaikan al-qur;an itu bukan sekedar teori-teori maupun dugaan-dugaan semata tetapi sekarang ini sudah dibuktikan oleh kenyataan ilmiah modern yang telah ditetapkan.

BIDANG ASTRONOMI
alam semesta berasal dari sebuah nebula yang mengalami ledakan besar (big bang)
qs. al-anbiya(21):30.
dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?
alam semesta awalnya berupa gas. lebih spesifik dijelaskan:
qs. fu’silat(41):11.
kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
dunia berbentuk bulat
qs. luqman(31):29.
tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menyatukan malam ke dalam siang dan menyatukan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
ilmuwan: bulan tidak memiliki cahaya sendiri
qs. yunus(10):5.
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
tahun 1609: yohanes keppler: bumi, planet, matahari berotasi dan berevolusi
qs. anbiya(21):33.
dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
qs. fathir(35):13.
Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. yang (berbuat) demikian Itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.
arraviteo: alam semesta itu berkembang
qs. zariyat(51):47.
dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.

BIDANG FISIKA
atom bukan hal terkecil dari zat(dalam atom terdapat proton, elektron dll)
qs. saba(34):3.
dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami". Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang ghaib, Sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

BIDANG HIDROLOGI
tentang siklus air dan terbentuknya hujan
qs. zumar(39)21.
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
qs. rum(30):48.
Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu Lihat hujan keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.

BIDANG GEOLOGI
gunung-gunung mencegah guncangan
qs. anbiya(21):31.
dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.

BIDANG OCEANOLOGI
air tawar dan asin tidak dapat bersatu: sungai nil mengalir pada laut marvelia, gibraltar, atlantik, laut mediterania
qs.furqon(25):53.
dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.

BIDANG BIOLOGI
semua makhluk hidup diciptakan dari air:sitoplasma dari sel memiliki 80% air, semua makhluk hidup memiliki lebih dari 60%air yang ada pada tubuhnya.
qs. anbiya(21):30.
dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?

BIDANG BOTANI
tanaman memiliki jenis kelamin
qs. rad(13):3.
dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

ILMU PENGOBATAN
tentang madu: vitamin K, antiseptik ringan, daya tahan tubuh
qs.nahl(16):69.
kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

BIDANG EMBRIOLOGI
qs. al-hajj(22):5.
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
tentang sidik jari:
qs. qiyamah(75):3-4.
Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?
bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.
bukan hanya otak yang dapat merasakan saikt, tetapi terdapat peran dari indra perasa
qs. nisa(4):56. Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

ANALISA ILMIAH TENTANG PENCIPTAAN MANUSIA.
molekul protein, struktur yang sangat penting bagi sel. terdapat puluhan ribu atom yang diperlukan untuk sebuah molekul. satu atom terdiri dari 5 elemen yaitu: karbon, nitrogen, oksigen, hidrogen dan sulfur. ada kira-kira 92 elemen bebas. kesempatan dari 92 elemen bebas bertemu dengan 5 elemen dalam puluhan ribu atom untuk membentuk satu buah molekul protein yang dihitung oleh frank elliott adalah: 1/1x10260. kebutuhan molekul telah dihitung oleh charles gael perlu jutaan galaksi untuk membentuk satu buah molekul protein. waktu yang diperlukan untuk membentuk satu buah molekul adalah:1x10243 tahun. terdapat 6 milyar molekul dalam seorang tubuh bayi. ada jutaan wanita yang hamil dalam satu waktu dan diperlukan 9 bulan. jadi, kesempatan untuk terbentuknya bayi adalah 0,000 tidak ada kesempatan. apakah hal tersebut terjadi secara alami?

kredit picture : www.slate.com

Kamis, 08 Oktober 2015

Teacher’s Diary

http://kohsantepheapdaily.com.kh



"Teacher's Diary" bercerita tentang Song seorang mantan pegulat yang melamar kerja menjadi Guru di salah satu sekolah apung terpencil, di sekolah ini Song harus mengajar 4 Orang murid. Sebelumnya di sekolah ini ada Guru bernama Ann dan Gigi, awalnya Guru Gigi yang meninggalkan Sekolah apung ini lalu Ann pun juga mengundurkan diri.

Saat pertama kali sampai di sekolah, Guru song menemukan Diary milik Guru Ann kejadian-kejadian yang guru Song alami di alami juga oleh guru Ann, di sinilah awal dari cerita Teacher's Diary....

Setelah beberapa hari Guru Song di sekolah apung tidak ada satu pun murid yang datang ke sekolah, dan saat guru Song mencoba salah satu perahu yang ada di sana ada insident yang membuat tangannya terluka, Saat ada salah satu oramg yang lewat menaikin perahu akhirnya guru Song tahu kenapa tidak ada satu pun Murid yang datang, akhirnya guru Song menjemput satu-satu murid dari sekolah apung.Saat memulai pelajaran para murid memperkenalkan diri dengan gerakan-gerakan seperti yang di ajarkan guru Ann, ke-4 murid itu yaitu Meuk, Tong, Tuna dan Gao.

Saat guru Song keluar mencari sinyal dan saat kembali guru Song mendapati murid-muridnya sedang berenang ketengah sungai guru Song pun marah karena ia khawatir dengan murid-muridnya.Saat malam guru Song menonton Videonya dengan pacarnya karenan guru Song sangat merindukannya. Hari libur murid-murid kembali kerumah dan guru Song pun pulang untuk menemui pacarnya. Setelah memeriksakan tangannya guru Song mendapati Pacarnya telah selingkuh dengan pria lain. Dengan kejadian itu guru Song sangat terpukul dan dia kembali ke sekolah apung dan membaca Diary guru Ann, di salah satu halaman guru Ann menceritakan kalau dia putus dengan pacarnya dan meredam emosi dengan loncat ke sungai sambil teriak "Sekolah Orang Galau" guru Song pun mengikuti cara guru Ann.

Guru Song pun semakin rajin membaca Diary guru Ann, Saat di toilet guru Song membaca Diary guru Ann yang menceritakan perjuangannya mengambil mayat di sungai dekat toilet yang di lihat guru Gigi, setelah kejadian itu guru Gigi pun pergi meninggalkan guru Ann, Setelah membaca itu guru Song keluar dari toilet sambil berdoa. Saat guru Song mengajar ada ular di kelas dan guru Song berusaha membunuh ular itu dengan batang kayu saat ularnya mati tangan guru Song berdarah murid-murid mengira itu di gigit ular lalu Meuk salah satu murid melihat ada 2 pake di kayu itu seperti gigi ular, dan ternyata guru Song bukan digigit ular.

Guru Song mulai menyukai guru Ann kareana ia sering membaca Diary guru Ann, guru Song penasaqran dengan wajah guru Ann lalu guru Song meminta murid-murid untuk menggambar wajah guru Ann. Disaat guru Song tertidur ada badai sehingga membuat sekolah apung rusak berat dan Diary guru Ann pun ikut tersipu badai, guru Song dan murid-murid bergotong-royong membetulkan sekolah apung, guru Song berusaha menemukan Diary yang tersapu badai.

Guru Song kembali membaca Diary guru Ann, ada salah satu murid yang berhenti sekolah karena ingin mebantu berkerja Ayahnya menjadi nelayan guru Ann sangat terpukul akan itu, Akhirnya guru Song membujuk murid itu untuk kembali bersekolah awlnya murid itu menolak tetapi saat guru Song berjanji ingin membantu Ayahnya untuk mencari ikan akhirnya murid itu setuju an Ayahnya pun memberi izin. Ujian Semester pertama pun selesai dan guru Song kembali ke kota untuk mengambil nilai murid-murid, lalu guru Song bertanya kepada kepala sekolah tentang guru Ann dan guru Song sangat terkejut saat mengetahui bahwa guru Ann akan menikah dan sekarang guru Ann mengajar di sekolah tempat pacarnya mengajar, guru Song mencari guru Ann, guru Song sempat bertemu guru Ann namun guru Song tidak mengenali karena tatto yang ada di tangan guru Ann telah di hapus karenan hanya itu ciri-ciri guru Ann yang di ketahui guru Song. saat kembali ke Sekolah apung guru Song sangat terpukul.

Saat guru Ann sedang mengajar ia di hampiri seorang perempuan hamil dan ternyata Nui ( Pacar Ann ), guru Ann sangat sedih dan meninggalkan sekolah dan kembali ke sekolah Apung, ( Karena Guru Song sudah tidak mengajar ). Nui ( pacar Guru Ann ) selalu mengirim surat kepada guru Ann namun guru Ann tidak mau membacanya dan hanya di simpan di laci meja. Guru Ann menemukan Diarynya lagi dan mulai membaca tulisan guru Song sebelum meninggalkan sekolah apung. setelah membaca tulisan-tulisan guru Song guru Ann mulai penasaran dengan guru Song, bahkan guru Ann sempat berkhayal ada guru Song di sekolah apung, Saat membeli ikan di tepian ada seorang yang memberi tahu guru Ann ada surat dan telah di berikan kepada Meuk, awalnya guru Ann mengira surat itu dari Nui namun ternyata surat itu dari guru Song, saat sampai di sekolah Meuk tidak sengaja menjatuhkan suratnya di toilet, namun dengan terbata-bata Meuk memberitahu isi surat yaitu guru Song akan datang saat libur sekolah. Nui datang untuk menemui guru Ann, Malamnya guru Ann membaca surat-surat dari Nui dan memaafkan Nui dan kembali pulang bersama Nui.

Saat perjalanan pulang Nui memberikan Diary padahal Diary itu sengaja guru Ann taruh di meja karena guru Ann sudah menulis pesan untuk guru Song, setelah berbicara banyak dengan Nui di mobil guru Ann mengatakan kalau dia dan Nui tidak akan pernah bisa bersama lagi. Saat guru Ann kembali ke sekolah apung guru Ann melihat sekolah sudah sepi namun saat perahu berbalik lampu di sekolah Apung menyala guru Ann masuk kesekolah dan melihat guru Song sedang membetulkan Jetset, Dan mereka salang menyapa satu sama lain...

http://peachwindy.blogspot.co.id

Senin, 05 Oktober 2015

Hidup Bukan Sekedar Mendapatkan dan Menghabiskan


hidup ditengah kesendirian bukanlah hal yang mudah bagi seseorang. bagaimana tidak, melakukan apa-apa sendiri dan hanya kesendirian itulah yang menjadi teman. hidup sendiri sebenarnya bukanlah merupakan pilihan, bagiku kesendirian adalah keterpaksaan yang harus ku alami.

"semua orang pasti tidak ingin sepertiku, termasuk akupun sebenarnya juga begitu, sekali lagi aku katakan itu merupakan keterpaksaan." tetapi entah mengapa aku bisa bertahan hidup sampai sekarang.

sudah 10 tahun, atau mungkin kurang sedikit atau lebih sedikit, entah aku tidak tahu kapan tepatnya aku mulai menjalani ini. benar juga kata orang; 'witing tresno jalaran soko kulino (cinta itu berawal dari kebiasaan) atau bisa karena biasa. sekarang aku sudah bisa merasakan apa yang disebut dengan kenyamanan.

kisah ini kira-kira berawal dari 10 tahun yang lalu, saat aku mengendarai mobil jeep melewati sebuah hutan yang belum pernah aku kenal sebelumnya. aku adalah pegawai sebuah toko elektronik yang cukup besar di surabaya.

bukan tanpa alasan aku memilih pekerjaan ini, dengan keterbatasan kemampuan yang kumiliki serta melihat kesempatan di tempat ini aku mencoba melamar pekerjaan ini dan aku pun bersyukur bisa masuk. meskipun hanya sebagai sopir pengantar barang pekerjaan ini tidaklah mudah, selain perlu kewaspadaan di malam hari, aku pun harus bekerja ekstra, maklum memang aku kurang begitu paham jalur-jalur perlintasan medan kerja, jalur pintas serta arah mana yang paling efisien. semua aku dasari hanya dengan keyakinan aku bisa.

ketika ada pesanan dari daerah jakarta aku menyanggupi untuk mengantar paket itu. di perjalanan, setiap 1 km aku selalu berhenti untuk sejenak untuk sekedar bertanya pada siapa saja yang ku temui, berharap jalan yang kulewati tepat dan tidak tersesat.

sesampainya disuatu tempat yang cukup sepi, jalan yang masih berupa tanah dan diselingi bebatuan, aku merasa sudah ada yang aneh, cukup jauh berjalan dan tidak menemui seorang pun. mencoba untuk kembali tetapi ternyata hanya berputar saja-saja. Aku kebingungan pada saat itu, hingga berhenti sejenak di bawah sebuah pohon yang belum pernah aku melihat sebelumnya. Pohon yang cukup rindang untuk berteduh, tak pernah terfikirkan sampai pada tempat ini.

Perasaan putus asa menghinggapiku. “bagaimana ini, aku sendirian ditempat yang tak aku kenal, pagaimana aku akan hidup, aku makan apa?, aku berteduh dimana?.” Di tengah kebingunganku aku baru tersadar, sudah beberapa lama duduk terdiam. Perasaan semakin tidak nyaman, ketika aku baru menyadari bahwa hari sudah menjelang sore.
Aku mengamati sekitar, sekarang aku tersesat disebuah tempat yang mirip hutan. memang mirip hutan, pepohonan yang cukup banyak tetapi hanya bergerombol disebagian tempat, sebagian tempat yang lain seperti padang savana yang cukup luas serta sebuah sungai kecil yang jernih airnya.

Sunyi, sepi makin terasa ketika matahari telah makin menjauh dariku. Perlahan cahayanya meredup, aku masih tidak percaya bahwa aku sekarang benar-benar di tempat seperti ini.

Aku bergegas menuju mobil, bensin sudah mulai menipis. Untung saja aku selalu membawa perbekalan yang cukup. Paling tidak dapat digunakan untuk bertahan hidup 2 hari. Sebuah tas ransel dengan lima buah bagian. Bagian paling besar ku isi dengan 5 buah roti kering berukuran sedang, satu buah nasi bungkus beserta lauknya dan dua buah pisang. Bagian tengah hanya berisi buku-buku catatanku. Bagian yang kecil berisi sebuah korek api, HP dan bulpoint. Sedangkan dua bagian kantung disamping kanan dan kiri adalah sebuah botol minuman dan pisau.

Semua peralatan ku kumpulkan, di satu tempat sebelah mobil, sembari mengunyah satu bungkus roti yang ku letakkan dimulut, ku susuri semak-semak, mengumpulkan ranting-ranting kecil serta dedaunan kering untuk menghangatkan tubuh. Terasa lega ketika api menyala, menghangatkan dan menjalar perlahan melewati daging dan tulang.

Beberapa saat kemudian, kantuk mulai menyerang, kubaringkan diri berdekatan dengan nyala api yang mulai padam. Perlahan ku letakkan bahu, ku lentangkan tubuh pelan-pelan seraya menghadap jauh ke langit. Aku baru tersadar malam ini sangat terang sekali, bintang-bintang bersinar tak ada yang menghalanginya. Bintang kecil, dilangit yang biru, dan aku pun tertidur.

Api padam, pada saat itulah aku terbangun, merasakan kedinginan yang mulai menjalar. Sesaat kemudian terdengar beberapa suara yang saling bersahutan. Suara burung hantu, jangkrik dan masih banyak lagi. Aku bergegas menuju mobil, mengambil sebuah senter. Ku amati sekeliling, ternyata benar kata orang-orang. Banyak hewan-hewan yang beraktifitas di malam hari. Ditengah dingin yang semakin menusuk tulang, aku berpindah tempat, masuk ke dalam mobil dan tidur di bagian belakang.
***

Pagi hari, aku dikejutkan dengan suara gerimis hujan. Aku bangun perlahan, menata posisi duduk dan sejenak mengatur nafas seraya mengumpulkan energi untuk bangun sepenuhnya. “ternyata tadi malam itu benar, bahwa aku tersesat dihutan, ini bukan mimpi.” Perasaanku bertambah tidak enak ketika mobil yang aku starter tidak bisa berjalan, ternyata banyak lumpur yang menghalangi jalan. Aku menunggu hujan reda dengan terus berfikir kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Hujan pun reda, dengan helaan nafas lega aku bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Nasib berkata lain, mobil tak bersuara sedikitpun ketika aku memutar kunci start. Akhirnya hal buruk yang aku takutkan terjadi. Aku mencoba keluar dari mobil, melepaskan jaket dan sepatu yang masih aku gunakan semalam. Dengan pelan-pelan aku menginjak tanah di hutan ini untuk yang pertama kalinya. Aku memandang sekitar. sepi sekali.

Di sudut pohon Akasia, terlihat seekor Tupai menggenggam sesuatu ditangannya. Ku coba ‘tuk mendekat.
“sepotong buah mirip dengan buah Apel, untuk apa?” hatiku penasaran. Seakan tak berkedip pandanganku tak teralihkan sedikitpun. Beberapa saat terlihat Tupai tersebut mendekati sebuah pohon yang dilubangi, seperti terowongan.
“astaga! Benarkah yang kulihat, ia memberikan potongan buah tersebut kepada kedua anaknya, apakah hewan punya perasaan?” sebuah pertanyaan dalam hati dan mungkin hanya hewan tersebut yang mampu memberi jawaban.

Di sekeliling, sepi memang, tapi alami. Tak ada sesuatu yang di buat-buat. Di sini tak ada kebisingan motor, tak ada asap seperti ketika pabrik-pabrik minyak bumi menyemburkan ‘kotoran’ dari moncongnya, tak ada suara mahasiswa berdemo meminta sekolah murah dan tak ada sesuatu yang membuat fikiran pusing.
“inikah kehidupan yang sebenarnya?.”
Dari beberapa yang ku amati, disini, aku mulai berfikir. Kehidupan bukan hanya sekedar mendapatkan dan menghabiskan. Dalam kehidupan juga mengajarkan kasih sayang dan kerelaan.

Di sini aku baru sadar tentang kehidupan yang sebenarnya. di sini aku belajar tentang anugrah Tuhan yang luar biasa. aku baru tahu bahwa selama ini aku menyianyiakan kehidupan, banyak melakukan sesuatu yang sia-sia belaka. seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa, bagaimana ingin memulainya kembali, bagaimana memilih jalan yang tepat dan benar menurut Tuhan.

Kamis, 01 Oktober 2015

Catatan Hati Seorang Mahasiswa (CHSM)


Dialog antara bapak & anak
Bapak : Le, awakmu gelem tak kuliahne?
Anak : purun Pak.
Bapak : tapi eling-elingen yo Le pesenku.
Anak : pesen nopo Pak?
Bapak : kampus ke udu tujuanmu, tapi panggonan belajarmu.
Anak : inggih Pak.
Bapak : bapak pengin takon ning awakmu,
Anak : takon nopo Pak?
Bapak : jarene mahasiswa ke ‘agent of change’?
Anak : inggih Pak.
Bapak : berarti awakmu kudu iso ngrubah opo wae kang olo dadi luwih apik.
Anak : inggih Pak, (-sedang berfikir- kok yo ruwet tenan tibak e*^(%^#?)

Minggu, 20 September 2015

Bahasa Jurnalistik Indonesia

https://id.images.search.yahoo.com
Bahasa jurnalistik sewajarnya didasarkan atas kesadaran terbatasnya ruangan dan waktu. Salah satu sifat dasar jurnalisme menghendaki kemampuan komunikasi cepat dalam ruangan serta waktu yang relatif terbatas. Meski pers nasional yang menggunakan bahasa Indonesia sudah cukup lama usianya, sejak sebelum tahun 1928 (tahun Sumpah Pemuda), tapi masih terasa perlu sekarang kita menuju suatu bahasa jurnalistik Indonesia yang lebih efisien. Dengan efisien saya maksudkan lebih hemat dan lebih jelas. Asas hemat dan jelas ini penting buat setiap reporter, dan lebih penting lagi buat editor.
Di bawah ini diutarakan beberapa fasal, yang diharapkan bisa diterima para (calon) wartawan dalam usaha kita ke arah efisien penulisan.

HEMAT
Penghematan diarahkan ke penghematan ruangan dan waktu. Ini bisa dilakukan di dua lapisan:
(1) unsur kata
(2) unsur kalimat

Penghematan Unsur Kata
1a) Beberapa kata Indonesia sebenarnya bisa dihemat tanpa mengorbankan tatabahasa dan jelasnya arti. Misalnya:

agar supaya ............. agar, supaya
akan tetapi .............. tapi
apabila ................. bila
sehingga ................. hingga
meskipun ................. meski
walaupun ................. walau
tidak ................. tak (kecuali diujung kalimat atau berdiri sendiri).

1b) Kata daripada atau dari pada juga sering bisa disingkat jadi dari.
Misalnya:
“Keadaan lebih baik dari pada zaman sebelum perang”, menjadi “Keadaan lebih baik sebelum perang”. Tapi mungkin masih janggal mengatakan: “Dari hidup berputih mata, lebih baik mati berputih tulang”.

1c) Ejaan yang salahkaprah justru bisa diperbaiki dengan menghemat huruf. Misalnya:
sjah ............ sah
khawatir .......... kuatir
akhli ............ ahli
tammat ........... tamat
progressive ...... progresif
effektif ......... efektif

Catatan: Kesulitan pokok kita di waktu yang lalu ialah belum adanya ejaan standard bahasa Indonesia. Kita masih bingung, dan berdebat, tentang: roch atau roh? Zaman atau jaman? Textil atau tekstil? Kesusasteraan atau kesusastraan? Tehnik atau teknik? Dirumah atau di rumah?

Musah-mudahan dengan diputuskannya suatu peraturan ejaan standard, kita tak akan terus bersimpang-siur seperti selama ini. Ejaan merupakan unsur dasar bahasa tertulis. Sebagai dasar, ia pegang peranan penting dalam pertumbuhan bahasa, misalnya buat penciptaan kata baru, pemungutan kata dari bahasa lain dan sebagainya.

1d) Beberapa kata mempunyai sinonim yang lebih pendek. Misalnya:
kemudian = lalu
makin = kian
terkedjut = kaget
sangat = amat
demikian = begitu
sekarang = kini
Catatan: Dua kata yang bersamaan arti belum tentu bersamaan efek, sebab bahasa bukan hanya soal perasaan. Dalam soal memilih sinonim yang telah pendek memang perlu ada kelonggaran, dengan mempertimbangkan rasa bahasa.

Penghematan Unsur Kalimat
Lebih efektif dari penghematan kata ialah penghematan melalui struktur kalimat. Banyak contoh pembikinan kalimat dengan pemborosan kata.

2a) Pemakaian kata yang sebenarnya tak perlu, di awal kalimat:
- “Adalah merupakan kenyataan, bahwa percaturan politik internasional berubah-ubah setiap zaman”.
(Bisa disingkat: “Merupakan kenyataan, bahwa ................”).
- “Apa yang dinyatakan Wijoyo Nitisastro sudah jelas”.
(Bisa disingkat: “Yang dinyatakan Wijoyo Nitisastro...........”).

2b) Pemakaian apakah atau apa (mungkin pengaruh bahasa daerah) yang sebenarnya bisa ditiadakan:
- “Apakah Indonesia akan terus tergantung pada bantuan luar negeri”?
(Bisa disingkat: “Akan terus tergantungkah Indonesia.....”).
- Baik kita lihat, apa(kah) dia di rumah atau tidak”.
(Bisa disingkat: “Baik kita lihat, dia di rumah atau tidak”).

2c) Pemakaian dari sebagai terjemahan of (Inggris) dalam hubungan milik yang sebenarnya bisa ditiadakan; Juga daripada.
- “Dalam hal ini pengertian dari Pemerintah diperlukan”.
(Bisa disingkat: “Dalam hal ini pengertian Pemerintah diperlukan”.
- “Sintaksis adalah bagian daripada Tatabahasa”.
(Bisa disingkat: “Sintaksis adalah bagian Tatabahasa”).

2d) Pemakaian untuk sebagai terjemahan to (Inggris) yang sebenarnya bisa ditiadakan:
- “Uni Soviet cenderung untuk mengakui hak-hak India”.
(Bisa disingkat: “Uni Soviet cenderung mengakui............”).
- ''Pendirian semacam itu mudah untuk dipahami''.
(Bisa disingkat: ''Pendirian semacam itu mudah dipahami'').
- ''GINSI dan Pemerintah bersetuju untuk memperbaruhi prosedur barang-barang modal''.
(Bisa disingkat: ''GINSI dan Pemerintah bersetuju memperbaruhi.......'').

Catatan: Dalam kalimat: ''Mereka setuju untuk tidak setuju'', kata untuk demi kejelasan dipertahankan.

2e) Pemakaian adalah sebagai terjemahan is atau are (Inggris) tak selamanya perlu:
- ''Kera adalah binatang pemamah biak''.
(Bisa disingkat ''Kera binatang pemamah biak'').

Catatan: Dalam struktur kalimat lama, adalah ditiadakan, tapi kata itu ditambahkan, misalnya dalam kalimat: ''Pikir itu pelita hati''. Kita bisa memakainya, meski lebih baik dihindari. Misalnya kalau kita harus menterjemahkan ''Man is a better driver than woman'', bisa mengacaukan bila disalin: ''Pria itu pengemudi yang lebih baik dari wanita''.

2f) Pembubuhan akan, telah, sedang sebagai penunjuk waktu sebenarnya bisa dihapuskan, kalau ada keterangan waktu:
- ''Presiden besok akan meninjau pabrik ban Good year''.
(Bisa disingkat: ''Presiden besok meninjau pabrik.........'').
- ''Tadi telah dikatakan ........''
(Bisa disingkat: ''Tadi dikatakan.'').
- ''Kini Clay sedang sibuk mempersiapkan diri''.
(Bisa disingkat: ''Kini Clay mempersiapkan diri'').

2g) Pembubuhan bahwa sering bisa ditiadakan:
- ''Pd. Gubernur Ali Sadikin membantah desas-desus yang mengatakan bahwa ia akan diganti''.
- ''Tidak diragukan lagi bahwa ialah orangnya yang tepat''. (Bisa disingkat: ''Tak diragukan lagi, ialah orangnya yang tepat''.).

Catatan: Sebagai ganti bahwa ditaruhkan koma, atau pembuka (:), bila perlu.

2h) Yang, sebagai penghubung kata benda dengan kata sifat, kadang-kadang juga bisa ditiadakan dalam konteks kalimat tertentu:
- ''Indonesia harus menjadi tetangga yang baik dari Australia''.
(Bisa disingkat: ''Indonesia harus menjadi tetangga baik Australia'').
- ''Kami adalah pewaris yang sah dari kebudayaan dunia''.

2i) Pembentukan kata benda (ke + ..... + an atau pe + ........ + an) yang berasal dari kata kerja atau kata sifat, kadang, kadang, meski tak selamanya, menambah beban kalimat dengan kata yang sebenarnya tak perlu:
- ''Tanggul kali Citanduy kemarin mengalami kebobolan''.
(Bisa dirumuskan: ''Tanggul kali Citanduy kemarin bobol'').
- ''PN Sandang menderita kerugian Rp 3 juta''.
(Bisa dirumuskan: ''PN Sandang rugi Rp 3 juta'').
- ''Ia telah tiga kali melakukan penipuan terhadap saya''
(Bisa disingkat: ''Ia telah tiga kali menipu saya'').
- Ditandaskannya sekali lagi bahwa DPP kini sedang memikirkan langkah-langkah untuk mengadakan peremajaan dalam tubuh partai''.
(Bisa dirumuskan: ''Ditandaskannya sekali lagi, DPP sedang memikirkan langkah-langkah meremajakan tubuh partai'').

2j) Penggunaan kata sebagai dalam konteks ''dikutip sebagai mengatakan'' yang belakangan ini sering muncul (terjemahan dan pengaruh bahasa jurnalistik Inggris & Amerika), masih meragukan nilainya buat bahasa jurnalistik Indonesia. Memang, dalam kalimat yang memakai rangkaian kata-kata itu (bahasa Inggrisnya ''quoted as saying'') tersimpul sikap berhati-hati memelihat kepastian berita. Kalimat ''Dirjen Pariwisata dikutip sebagai mengatakan......'' tak menunjukkan Dirjen Pariwisata secara pasti mengatakan hal yang dimaksud; di situ si reporter memberi kesan ia mengutipnya bukan dari tangan pertama, sang Dirjen Pariwisata sendiri. Tapi perlu diperhitungkan mungkin kata sebagai bisa dihilangkan saja, hingga kalimatnya cukup berbunyi: ''Dirjen Pariwisata dikutip mengatakan...........''.

Bukankah masih terasa kesan bahwa si reporter tak mengutipnya dari tangan pertama?
Lagipula, seperti sering terjadi dalam setiap mode baru, pemakaian sebagai biasa menimbulkan ekses.
Contoh: Ali Sadikin menjelaskan tetang pelaksanaan membangun proyek miniatur Indonesia itu sebagai berkata: ''Itu akan dilakukan dalam tiga tahap'' Harian Kami, 7 Desember 1971, halaman 1). Kata sebagai dalam berita itu samasekali tak tepat, selain boros.

2k) Penggunaan dimana, kalau tak hati-hati, juga bisa tak tepat dan boros. Dimana sebagai kataganti penanya yang berfungsi sebagai kataganti relatif muncul dalam bahasa Indonesia akibat pengaruh bahasa Barat.

1) Dr. C. A. Mees, dalam Tatabahasa Indonesia (G. Kolff & Co., Bandung, 1953 hal. 290-294) menolak pemakaian dimana. Ia juga menolak pemakaian pada siapa, dengan siapa, untuk diganti dengan susunan kalimat Indonesia yang ''tidak meniru jalan bahasa Belanda'', dengan mempergunakan kata tempat, kawan atau teman. Misalnya: ''orang tempat dia berutang'' (bukan: pada siapa ia berutang); ''orang kawannya berjanji tadi'' (bukan: orang dengan siapa ia berjanji tadi).

Bagaimana kemungkinannya untuk bahasa jurnalistik?
Misalnya: ''Rumah dimana saya diam'', yang berasal dari ''The house where I live in'', dalam bahasa Indonesia semula sebenarnya cukup berbunyi: ''Rumah yang saya diami''. Misal lain: ''Negeri dimana ia dibesarkan'', dalam bahasa Indonesia semula berbunyi: ''Negeri tempat ia dibesarkan''.

Dari kedua misal itu terasa bahasa Indonesia semula lebih luwes, kurang kaku. Meski begitu tak berarti kita harus mencampakkan kata dimana sama sekali dari pembentukan kalimat bahasa Indonesia. Hanya sekali lagi perlu ditegaskan: penggunaan dimana, kalau tak hati-hati, bisa tak tepat dan boros. Saya ambilkan 3 contoh ekses penggunaan dimana dari 3 koran:

Kompas, 4 Desember 1971, halaman I:
''Penyakit itu dianggap berasal (dan disebarkan) oleh serdadu-serdadu Amerika (GI) dimana konsentrasi besar mereka ada di Vietnam''.
Sinar Harapan, 24 November 1971, halaman III:
''Pihak Kejaksaan Tinggi Sulut di Menado dewasa ini sedang menggarap 9 buah perkara tindak pidana korupsi, dimana ke-9 buah perkara tsb. sebagian sudah dalam tahap penuntutan, selainnya masih dalam pengusutan.''

Abadi, 6 Desember 1971, halaman II:
''Selanjutnya dinyatakan bahwa keadaan ekonomi dan moneter dunia dewasa ini masih belum menentu, dimana secara tidak langsung telah dapat mempengaruhi usaha-usaha pemerintah di dalam menjaga kestabilan, baik untuk perluasan produksi ekonomi dan peningkatan ekspor''.

Dalam ketiga contoh kecerobohan pemakaian dimana itu tampak: kata tersebut tak menerangkan tempat, melainkan hanya berfungsi sebagai penyambung satu kalimat dengan kalimat lain. Sebetulnya masing-masing bisa dirumuskan dengan lebih hemat:

- ''Penyakit itu dianggap berasal (dan disebarkan) serdadu-serdadu Amerika (GI), yang konsentrasi besarnya ada di Vietnam''.
- ''Pihak Kejaksaan Tinggi Sulut di Menado dewasa ini menggarap 9 perkara tindak pidana korupsi. Ke-9 perkata tsb. sebagian sudah dalam tahap penuntutan, selainnya (sisanya) masih dalam pengusutan''.
- ''Selanjutnya dinyatakan bahwa keadaan ekonomi dan moneter dewasa ini masih belum menentu. Hal ini secara tidak langsung telah dapat..... dst''.

Perhatikan:
1. Kalimat itu dijadikan dua, selain bisa menghilangkan dimana, juga menghasilkan kalimat-kalimat pendek.
2. ''dewasa ini sedang'' cukup jelas dengan ''dewasa ini''.
3. kata ''9 buah'' bisa dihilangkan ''buah''-nya sebab kecuali dalam konteks tertentu, kata penunjuk-jenis (dua butir telor, 5 ekor kambing, 7 sisir pisang) kadang-kadang bisa ditiadakan dalam bahasa Indonesia mutahir.
4. Kalimat dijadikan dua. Kalimat kedua ditambahi Hal ini atau cukup Ini diawalnya.

2l) Dalam beberapa kasus, kata yang berfungsi menyambung satu kalimat dengan kalimat lain sesudahnya juga bisa ditiadakan, asal hubungan antara kedua kalimat itu secara implisit cukup jelas (logis) untuk menjamin kontinyuitas. Misalnya:
- ''Bukan kebetulan jika Gubernur menganggap proyek itu bermanfaat bagi daerahnya. Sebab 5 tahun mendatang, proyek itu bisa menampung 2500 tenaga kerja setengah terdidik''. (Kata sebab diawal kalimat kedua bisa ditiadakan: hubungan kausal antara kedua kalimat secara implisit sudah jelas).

- ''Pelatih PSSI Witarsa mengakui kekurangan-kekurangan di bidang logistik anak-anak asuhnya. Kemudian ia juga menguraikan perlunya perbaikan gizi pemain'' (Kata kemudian diawal kalimat kedua bisa ditiadakan; hubungan kronologis antara kedua kalimat secara implisit cukup jelas).

Tak perlu diuraikan lebih lanjut, bahwa dalam hal hubungan kausal dan kronologi saja kata yang berfungsi menyambung dua kalimat yang berurutan bisa ditiadakan. Kata tapi, walau atau meski yang mengesankan ada yang yang mengesankan adanya perlawanan tak bisa ditiadakan.

JELAS
Setelah dikemukakan 16 pasal yang merupakan pedoman dasar penghematan dalam menulis, di bawah ini pedoman dasar kejelasan dalam menulis. Menulis secara jelas membutuhkan dua prasyarat:
1. Si penulis harus memahami betul soal yang mau ditulisnya, bukan juga pura-pura paham atau belum yakin benar akan pengetahuannya sendiri.
2. Si penulis harus punya kesadaran tentang pembaca.

Memahami betul soal-soal yang mau ditulisnya berarti juga bisa menguasai bahan penulisan dalam suatu sistematik. Ada orang yang sebetulnya kurang bahan (baik hasil pengamatan, wawancara, hasil bacaan, buah pemikiran) hingga tulisannya cuma mengambang. Ada orang yang terlalu banyak bahan, hingga tak bisa membatasi dirinya: menulis terlalu panjang. Terutama dalam penulisan jurnalistik, tulisan kedua macam orang itu tak bisa dipakai. Sebab penulisan jurnalistik harus disertai informasi faktuil atau detail pengalaman dalam mengamati, berwawancara dan membaca sumber yang akurat. Juga harus dituangkan dalam waktu dan ruangan yang tersedia. Lebih penting lagi ialah kesadaran tentang pembaca.

Sebelum kita menulis, kita harus punya bayangan (sedikit-sedikitnya perkiraan) tentang pembaca kita: sampai berapa tinggi tingkat informasinya? Bisakah tulisan saya ini mereka pahami? Satu hal yang penting sekali diingat: tulisan kita tak hanya akan dibaca seorang atau sekelompok pembaca tertentu saja, melainkan oleh suatu publik yang cukup bervariasi dalam tingkat informasi. Pembaca harian atau majalah kita sebagian besar mungkin mahasiswa, tapi belum tentu semua tau sebagian besar mereka tahu apa dan siapanya W. S. Renda atau B. M. Diah. Menghadapi soal ini, pegangan penting buat penulis jurnalistik yang jelas ialah: buatlah tulisan yang tidak membingungkan orang yang yang belum tahu, tapi tak membosankan orang yang sudah tahu. Ini bisa dicapai dengan praktek yang sungguh-sungguh dan terus-menerus.

Sebuah tulisan yang jelas juga harus memperhitungkan syarat-syarat teknis komposisi:
a. tanda baca yang tertib.
b. ejaan yang tidak terlampau menyimpang dari yang lazim dipergunakan atau ejaan standard.
c. pembagian tulisan secara sistematik dalam alinea-alinea. Karena bukan tempatnya di sini untuk berbicara mengenai komposisi, cukup kiranya ditekankan perlunya disiplin berpikir dan menuangkan pikiran dalam menulis, hingga sistematika tidak kalang-kabut, kalimat-kalimat tidak melayang kesana-kemari, bumbu-bumbu cerita tidak berhamburan menyimpang dari hal-hal yang perlu dan relevan.

Menuju kejelasan bahasa, ada dua lapisan yang perlu mendapatkan perhatian:
1. unsur kata.
2. unsur kalimat.

1a. Berhemat dengan kata-kata asing. Dewasa ini begitu derasnya arus istilah-istilah asing dalam pers kita. Misalnya: income per capita, Meet the Press, steam-bath, midnight show, project officer, two China policy, floating mass, program-oriented, floor-price, City Hall, upgrading, the best photo of the year, reshuffle, approach, single, seeded dan apa lagi.

Kata-kata itu sebenarnya bisa diterjemahkan, tapi dibiarkan begitu saja. Sementara diketahui bahwa tingkat pelajaran bahasa Inggris sedang merosot, bisa diperhitungkan sebentar lagi pembaca koran Indonesia akan terasing dari informasi, mengingat timbulnya jarak bahasa yang kian melebar. Apalagi jika diingat rakyat kebanyakan memahami bahasa Inggris sepatah pun tidak.

Sebelum terlambat, ikhtiar menterjemahkan kata-kata asing yang relatif mudah diterjemahkan harus segera dimulai. Tapi sementara itu diakui: perkembangan bahasa tak berdiri sendiri, melainkan ditopang perkembangan sektor kebudayaan lain. Maka sulitlah kita mencari terjemahan lunar module, feasibility study, after-shave lotion, drive-in, pant-suit, technical know-how, backhand drive, smash, slow motion, enterpeneur, boom, longplay, crash program, buffet dinner, double-breast, dll., karena pengertian-pengertian itu tak berasal dari perbendaharaan kultural kita. Walau begitu, ikhtiar mencari salinan Indonesia yang tepat dan enak (misalnya bell-bottom dengan ''cutbrai'') tetap perlu.

1b. Menghindari sejauh mungkin akronim. Setiap bahasa mempunyai akronim, tapi agaknya sejak 15 tahun terakhir, pers berbahasa Indonesia bertambah-tambah gemar mempergunakan akronim, hingga sampai hal-hal yang kurang perlu. Akronim mempunyai manfaat: menyingkat ucapan dan penulisan dengan cara yang mudah diingat.

Dalam bahasa Indonesia, yang kata-katanya jarang bersukukata tunggal dan yang rata-rata dituliskan dengan banyak huruf, kecenderungan membentuk akronim memang lumrah. ''Hankam'', ''Bappenas'', ''Daswati'', ''Humas'' memang lebih ringkas dari ''Pertahanan & Keamanan'' ''Badan Perencanaan Pembangunan Nasional'', ''Daerah Swantantra Tingkat'' dan ''Hubungan Masyarakat''.

Tapi kiranya akan teramat membingungkan kalau kita seenaknya saja membikin akronim sendiri dan terlalu sering. Di samping itu, perlu diingat: ada yang membuat akronim untuk alasan praktis dalam dinas (misalnya yang dilakukan kalangan ketentaraan), ada yang membuat akronim untuk bergurau, mengejek dan mencoba lucu (misalnya di kalangan remaja sehari-hari: ''ortu'' untuk ''orangtua''; atau di pojok koran: ''keruk nasi'' untuk ''kerukunan nasional'') tapi ada pula yang membuat akronim untuk menciptakan efek propaganda dalam permusuhan politik (misalnya ''Manikebu'' untuk ''Manifes Kebudayaan'', ''Nekolim'' untuk ''neo-kolonialisme''. ''Cinkom'' untuk ''Cina Komunis'', ''ASU'' untuk ''Ali Surachman''). Bahasa jurnalistik, dari sikap objektif, seharusnya menghindarkan akronim jenis terakhir itu. Juga akronim bahasa pojok sebaiknya dihindarkan dari bahasa pemberitaan, misalnya ''Djagung'' untuk ''Djaksa Agung'', ''Gepeng'' untuk ''Gerakan Penghematan'', ''sas-sus'' untuk ''desas-desus''.

Saya tak bermaksud memberikan batas yang tegas akronim mana saja yang bisa dipakai dalam bahasa pemberitaan atau tulisan dan mana yang tidak. Saya hanya ingin mengingatkan: akronim akhirnya bisa mengaburkan pengertian kata-kata yang diakronimkan, hingga baik yang mempergunakan ataupun yang membaca dan yang mendengarnya bisa terlupa akan isi semula suatu akronim. Misalnya akronim ''Gepeng'' jika terus-menerus dipakai bisa menyebabkan kita lupa makna ''gerakan'' dan ''penghematan'' yang terkandung dalam maksud semula, begitu pula akronim ''ASU''. Kita makin lama makin alpa buat apa merenungkan kembali makna semula sebelum kata-kata itu diakronimkan. Sikap analitis dan kritis kita bisa hilang terhadap kata berbentuk akronim itu, dan itulah sebabnya akronim sering dihubungkan dengan bahasa pemerintahan totaliter dan sangat penting dalam bahasa Indonesia.

Tapi seperti halnya dalam asas penghematan, asas kejelasan juga lebih efektif jika dilakukan dalam struktur kalimat. Satu-satunya untuk itu ialah dihindarkannya kalimat-kalimat majemuk yang paling panjang anak kalimatnya; terlebih-lebih lagi, jika kalimat majemuk itu kemudian bercucu kalimat.

Pada dasarnya setiap kalimat yang amat panjang, lebih dari 15-20 kata, bisa mengaburkan hal yang lebih pokok, apalagi dalam bahasa jurnalistik. Itulah sebabnya penulisan lead (awal) berita sebaiknya dibatasi hingga 13 kata. Bila lebih panjang dari itu, pembaca bisa kehilangan jejak persoalan. Apalagi bila dalam satu kalimat terlalu banyak data yang dijejalkan.

Contoh:
Harian Kami, 4 Desember 1971, halaman 1:
''Sehubungan dengan berita 'Harian Kami' tanggal 25 November 1971 hari Kamis berjudul: 'Tanah Kompleks IAIN Ciputat dijadikan Objek Manipulasi' (berdasarkan keterangan pers dari Hamdi Ajusa, Ketua Dewan Mahasiswa IAIN Djakarta) maka pada tanggal 28 November jbl. di Kampus IAIN tersebut telah diadakan pertemuan antara pihak Staf JPMII (Jajasan Pembangunan Madrasah Islam & Ihsan - Perwakilan Ciputat) dengan Hamdi Ajusa mewakili DM IAIN dengan maksud untuk mengadakan 'clearing' terhadap berita itu.''

Perhatikan: Kalimat itu terdiri dari 60 kata lebih. Sebagai pembaca, saya memerlukan dua kali membacanya untuk memahami yang ingin dinyatakan sang wartawan. Pada pembacaan pertama, saya kehilangan jejak perkara yang disajikan di hadapan saya. Ini artinya suatu komunikasi cepat tak tercapai. Lebih ruwet lagi soalnya jika bukan saja pembaca yang kehilangan jejak dengan dipergunakannya kalimat-kalimat panjang, tapi juga si penulis sendiri.

Pedoman, 4 Desember 1971, halaman IV:
''Selama tour tersebut sambutan masyarakat setempat di mana mereka mengadakan pertunjukan mendapat sambutan hangat.''

Perhatikan: Penulis kehilangan subjek semula kalimatnya sendiri, yakni sambutan masyarakat setempat. Akibatnya kalimat itu berarti, ''yang mendapat sambutan hangat ialah sambutan masyarakat setempat.''

Sinar Harapan, 22 November 1971, halaman VII:
''Di kampung-kampung kelihatan lebaran lebih bersemarak, ketupat beserta sayur dan sedikit daging semur, opor ayam ikut berlebaran. Dari rumah yang satu ke rumah yang lain, ketupat-ketupat tersebut saling mengunjungi dan di langgar-langgar, surau-surau ramai pula ketupat-ketupat, daging semur, opor ayam disantap bersama oleh mereka.''

Perhatikan: Siapa yang dimaksud dengan kata ganti mereka dalam kalimat itu? Si penulis nampaknya lupa bahwa ia sebelumnya tak pernah menyebut ''orang-orang kampung''. Mengingat dekat sebelum itu ada kalimat ketupat-ketupat tersebut saling mengunjungi dan kalimat surau-surau ramai pula ketupat-ketupat, kalimat panjang itu bisa berarti aneh dan lucu: ''daging berarti aneh dan lucu: ''daging a oleh ketupat-ketupat.

Oleh: Goenawan Mohamad

Rabu, 26 Agustus 2015

Selayang Pandang Lembaga Pers Mahasiswa al-Millah (2015)


There are only two things that can be lightening the world. The sun light in the sky and the press in the earth. (Mark Twain)

Salam Pers Mahasiswa!

Jika kita percaya terhadap ‘mahluk’ yang bernama sejarah, kemudiaan kita klaim sebagai gerak dialektis antara kondisi subyektif pelaku dan kondisi obyektif dimana mereka berada, kawan-kawan akan melihat dinamika Gerakan Mahasiswa sepanjang waktu tidak lepas dari pengaruh para aktivis Pers mahasiswa. Karena kita percayai disini, Pers mahasiswa adalah suatu alat perjuangan bagi kaum aktivis gerakan mahasiswa, corong kekuatan dalam menyalurkan aspirasi kritis seorang tunas bangsa, dan kita akan melihat hubungan diantara keduannya sangat erat.

fungsi Persma saat ini perlu digencarkan lagi mengingat eksistensi gerakan mahasiswa berada pada jalur ideologi yang masih kental untuk diperjuangkan. Persma mampu menjaga idealisme tanpa ada keikutsertaan suatu golongan. Payung independensi tidak akan mampu dirogoh oleh kalangan yang berkepentingan saja. Mengingat sejarah berdirinya persma adalah untuk melakukan pembelaan terhadap rakyat.

Berbicara tentang permediaan, pers mahasiswa memiliki bagian tersendiri dalam mengawal pilar demokrasi. Sejak tahun 1908 “aktifis pena” ini telah ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan republik indonesia.

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) al-Millah STAIN Ponorogo merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi Mahasiswa khususnya Lembaga Pers Mahasiswa. LPM al-Millah menguraikan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan ‘sentuhan pena’. Hal ini sebagai upaya dalam memperjuangkan identitas Mahasiswa sebagai pelopor perubahan.

Sejak tahun 2010 LPM al-Millah telah bergabung dengan Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia yang notabene-nya adalah organisasi Persma secara nasional.

Saat ini LPM al-Millah telah mengupayakan peningkatan SDM dan SDA dengan melakukan serangkaian kegiatan jurnalistik serta mengaplikasikannya; salah satunya dengan mengoptimalkan Media sebagai alat utama.

Meruntut pada sisi historisnya lembaga pers mahasiswa (LPM) al-millah telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Nama al-millah sendiri merupakan bagian dari cita-cita organisasi. Al-millah yang berarti “jalan” merupakan harapan sebagai salah satu jalan penopang dalam perjuangan keadilan.

Sesuai dengan penyebutannya, bidang garapan LPM al-millah adalah dunia jurnalistik. Dunia dimana sangat berpengaruh dalam mengawal perubahan. Kita lihat saja, pada beberapa tahun terakhir para organisasi media (khususnya pers umum) saling bersaing dalam memperoleh rating. Berperang memperoleh hati pembaca agar tetap memiliki posisi puncak penguasa. Persaingan ini diperumit dengan berkembang pesatnya online jurnalism.

Dari kenyataan inilah mengapa fungsi dari LPM dalam menyuarakan idealisme mahasiswa perlu ditingkatkan. Salah satu prinsip LPM yang menjadi pengiring idealisme tersebut adalah insan pers mahasiswa (PERSMA) tidak mengejar profit/ keuntungan.

Pintu gerbang dalam memasuki lpm al-millah memiliki tiga tahapan yang wajib dilalui. Pertama, penerimaan anggota baru (PAB) yaitu ketika mahasiswa pertama kali mengenal al-millah dan menginginkan untuk belajar di dalamnya. Kesempatan ini merupakan tahap penetapan pilihan mahasiswa untuk memilih organisasi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Kedua, pelatihan jurnalistik tingkat dasar (PJTD). Yaitu pelatihan untuk mengenal dan mengetahui dasar-dasar jurnalistik. Setelah melakukan pelatihan ini maka anggota baru yang telah mengikuti pab disebut crew magang. Ketiga, pelatihan jurnalistik tingkat lanjut (PJTL) yaitu pelatihan lanjutan untuk mendalami dan mengerti akan fenomena sosial dan bagaimana insan persma dapat mengambil tindakan. Setelah tahap inilah maka penyebutan crew magang akan berganti menjadi crew tetap.

Al-millah memiliki output utama (selain insan persma sendiri) berupa media cetak (tulisan). Dalam even-even tertentu maupun secara berkala media yang dibuat kemudian dihasilkan dan dipublikasikan kepada pembaca khususnya para mahasiswa. pemilihan media cetak sendiri memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan. kelemahannya adalah tidak dapat terbit secepat media online. kelebihannya adalah pertanggungjawaban data yang jelas. tidak seperti media online yang secara cepat dibuat maupun secara cepat dihapuskan dan pada jenis-jenis tulisan tertentu seringkali media online menimbulkan keresahan bagi para pembaca.

STRUKTUR LPM-ALMILLAH 2015

Pemimpin Umum : Dafiq Shofi Jauhari
Wakil Pemimpin Umum : Afif Alauddin
Sekretaris Umum : Moh. Ihsan Fauzi
Bendahara Umum : Maratus Solechah
Bidang-Bidang
Keredaksian : Maratus Solechah (Coordinator)
Achmad Syamsul Ngarifin
Ilyas Nur Cholis
Yopy Resmitaningtyas
Penelitian Dan
Pengembangan : Rendi Mahendra (Coordinator)
Annisa Rahmawati
Moh. Ihsan Fauzi
Perusahaan : Achmad Syamsul Ngarifin (Coordinator)
Widya Anisa Ulfina
Vivi kusuma wardani
Nurhayati

Senin, 29 Juni 2015

Tips Jurnalisme: Memberi Ruh pada Berita


Informasi dan gagasan seringkali beku dan tanpa jiwa. Itu sebabnya
menjadi tugas seorang penulis untuk mencairkan, mengemas, dan
menyajikan informasi secara menarik. Tulisan menarik adalah yang
berjiwa, sajian penuh vitalitas (hidup) serta elok sehingga mampu
menggaet dan memelihara minat pembaca untuk menyerap seluruh informasi
yang disampaikan.

APA ITU RUH CERITA?

MANUSIA
Setiap fotografer tahu bahwa gambar yang tidak menyertakan unsur
kehidupan seperti manusia hanya akan berakhir nasibnya di keranjang
sampah.

Begitu pula dengan tulisan. Pembaca suka membaca tentang manusia
lainnya. Mereka kurang berminat pada isu dan gagasan. Mereka lebih
terpukau pada pribadi-pribadi. Jika kita bisa menampilkan sebuah wajah
pada kisah rumit yang jarang diikuti pembaca, pembaca akan terpikat
membacanya dan sekaligus memperoleh informasi.

TEMPAT
Pembaca menyukai sense of place. Kita bisa membuat tulisan lebih hidup
jika kita bisa menyusupkan sense of place yang kuat. Misalnya: seperti
apa lokasi tempat terjadinya pembunuhan itu, bagaimana suasana di
balik panggung pertunjukan?


INDERA
Kita harus berupaya untuk menyentuh indera pembaca. Membuat mereka
melihat cerita dalam detil visual yang kuat. Dan dalam konteks yang
tepat, juga membuat mereka mendengar, meraba, merasakan, membaui dan
mengalami.

IRAMA
Tulisan yang monoton bisa dibantu dengan perubahan irama di dalam
naskah. Anekdot, kutipan, sebuah dialog pendek atau sebuah deskripsi
dapat mengubah irama agar pembaca bisa terikat sepanjang cerita dan
membuat tulisan itu lebih hidup.

WARNA DAN MOOD
Kamera televisi dapat menampilkan pemandangan yang sesungguhnya, dalam
warna dan detil. Penulis tidak dapat menyajikan pemandangan dengan
mudah, sehingga mereka harus berusaha keras untuk melukis dalam
pikiran pembaca.

Warna meliputi: citarasa, suara, bau, sentuhan dan rasa. Dan tentu
saja sesuatu yang dapat dilihat: gerakan usapan, detil pakaian, rupa,
perasaan. Warna bukan hanya sekedar kata sifat tetapi merupakan
totalitas dari sebuah pemandangan.

Dengan menggambarkan warna, berarti Anda juga menceritakan tentang
suasana (mood). Bahagia? Penuh emosi dan ketegangan? Sering hal
semacam ini memberikan ketajaman perasaan terhadap cerita ketimbang
bagian lain yang Anda tulis.

ANEKDOT
Anekdot adalah sebuah kepingan kisah singkat sepanjang satu hingga
lima alenia: ''cerita dalam cerita''. Anekdot umumnya menggunakan
seluruh teknik dasar penulisan fiksi (narasi, karakterisasi, dialog,
suasana) untuk mengajak pembaca melihat cerita secara langsung seperti
mereka berada di tempat kejadian.

Anekdot sering dipandang sebagai ''permata'' dalam cerita. Penulis
yang piawai akan menaburkan permata itu di seluruh bagian cerita,
bukan mengonggokkannya di satu tempat.

HUMOR
Humor adalah bentuk ekspresi yang paling personal. Berilah pembaca
sebuah senyuman, dan mereka akan menjadi sahabat Anda sepanjang hari.
Dan buatlah mereka menanti tulisan Anda esok harinya. Tapi hati-hati
dengan humor yang tak bercita-rasa.


PANJANG-PENDEK
Makin pendek cerita makin baik. Kisah akan lebih hidup jika awalnya
berdekatan dengan akhir (klimaks), sedekat mungkin. Alenia dan kalimat
perlu bervariasi dalam panjang. Letakkan kalimat dan alenia pendek
pada titik kejelasan terpekat atau tekanan terbesar.

KUTIPAN
Kutipan dalam tulisan berita memberikan otoritas. Siapa yang
mengatakannya? Seberapa dekat keterlibatannya dengan sesuatu peristiwa
dan masalah? Apakah kata-katanya patut didengar? Kutipan juga
memberikan vitalitas karena membiarkan pembaca mendengar suara lain
selain penuturan si penulis.

DIALOG
Perangkat ini jarang digunakan dalam koran atau majalah berita. Tapi,
bisa menjadi wahana yang efektif untuk menghidupkan cerita. Dalam
meliput sebuah sidang pengadilan, misalnya, atau mendiskusikan
permainan dengan para atlet olahraga tertentu, kita bisa menghidupkan
cerita dengan membiarkan pembaca mendengarkan para partisipan
berbicara satu sama lain.

SUDUT PANDANG
Kita bisa membuat sebuah cerita biasa menjadi hidup dengan mengubah
sudut pandang. Cobalah untuk melihat inflasi misalnya, dari sudut
pandang seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari harus mengatur
anggaran keluarga.

IDENTIFIKASI
Sebuah tulisan akan lebih hidup jika pembaca merasa dilibatkan dalam
cerita dan membuat mereka mengerti mengapa sebuah masalah bermanfaat
untuk mereka ketahui. Secara insidental, pembaca paling mudah
mengidentifikasikan diri jika cerita ditulis dalam bentuk orang ketiga
-- cara kebanyakan fiksi ditulis.

BERTUTUR
Tulisan yang hidup memiliki irama dan nada berbincang yang baik.
Memiliki suara. Kita bisa menghidupkan cerita yang membosankan dengan
menulis sesuatu seperti kita sedang membicarakan sesuatu kepada
seorang pembaca, dengan bahasa dan ungkapan keseharian yang kita pakai
untuk berbicara.


Oleh: "Farid Gaban" faridgaban@yahoo.com

Tips Menulis: Lukiskan, Bukan Katakan


Pernahkah Anda membaca sebuah tulisan dan sampai bertahun kemudian
Anda masih ingat gambaran dalam tulisan itu?

Kita umumnya terkesan pada sebuah tulisan yang mampu melukis secara
kuat sebuah gambaran di dalam otak kita. Deskripsi yang kuat adalah
alat yang digdaya bagi para penulis, apapun yang kita tulis: esai,
artikel, feature, berita, cerpen, novel atau puisi.

Bagaimana cara membuat deskripsi yang kuat dan hidup?

Cara terbaik melakukannya adalah menerapkan konsep "Show It, Don't
Tell It" atau "Lukiskan, bukan Katakan". Ubahlah pernyataan kering dan
kabur menjadi paragraf berisi ilustrasi memukau.

Tulisan yang bagus memaparkan soal yang nyata dan spesifik. Salah satu
caranya adalah menghindari kata-kata sifat seperti "tinggi", "kaya",
"cantik", dan kata yang tak tidak spesifik seperti "lumayan besar",
"heboh banget", "keren abis".

Contoh:

****

MENGATAKAN
Konser Peterpan itu heboh banget.

MELUKISKAN
Konser Peterpan di Gelanggang Senayan dihadiri oleh 50.000 penonton.
Tiket seharga Rp 200.000 sudah habis ludes sebulan sebelum
pertunjukan. Penonton yang rata-rata siswa SMP dan SMA
berdesak-desakan. Duapuluh orang pingsan, ketika para penonton
berjingkrak mengikuti lagu "Ada Apa Denganmu".

MENGATAKAN:
Nasib nenek itu sangat malang.

MELUKISKAN:
Umurnya 60 tahun. Dia hidup sebatang kara. Para tetangganya, penghuni
gubuk kardus perkampungan liar Kota Bandung, mengenalnya dengan nama
sederhana: "Emak". Tidak ada yang tahu nama aslinya. Awal pekan ini,
Emak ditemukan meninggal, tiga hari setelah para tetangganya
melihatnya hidup terakhir kali. "Sejak Jumat pekan lalu, Emak tidak
pernah kelihatan," kata seorang tetangganya. "Saat gubuknya dilongok,
Emak sudah terbujur kaku di dalam."

****

Menulis tanpa kata sifat ini menuntut wartawan, misalnya, untuk jeli
mengamati detil serta mendahulukan fakta dan data ketimbang opini
pribadi. Cara menulis seperti ini juga menghindari wartawan terjebak
pada sekadar pernyataan, yang belakangan ini cenderung menciptakan
gaya buruk "jurnalisme omongan".

Lebih dari itu, jika kita menggunakan konsep "Show It, Don't Tell It",
paragraf-paragraf akan terbentuk secara alami, kuat, hidup dan mudah
dikenang.*

Oleh: "Farid Gaban" faridgaban@yahoo.com

Jumat, 26 Juni 2015

Metode Penggalian Data


Dalam membuat berita, data menempati posisi penting, karena melalui datalah peristiwa (fakta) dapat dilaporkan. Data merupakan “mind” (rekaman) dari suatu peristiwa. Dan penulis (jurnalis) menyajikan konstruksi dari peristiwa/fakta tersebut yang disusun dari berbagai data.

Ada beberapa cara untuk penggalian data tersebut. Pertama, melalui pengamatan langsung penulis (observasi) untuk mendapatkan data tentang kejadian. Kedua, melakukan wawancara terhadap seseorang yang terlibat langsung (sekunder) dalam suatu kejadian. Wawancara juga dimaksudklan untuk melakukan Cross Chek demi akurasi data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi). Ketiga, selain dua perangkat tersebut data juga bisa diperoleh melalui data literary terhadap dokumen-dokumen dengan suatu fakta kejadian ataupun fenomena (jika dimungkinkan) data demikian dianggap penting.

Observasi
Ini dilakukan pada tahap awal pencarian data tentang sesuatu. Dalam pengamatan sangat mengandalkan kepekaan inderawi (lihat, dengar, cium, sentuh) dalam mengamati realitas. Namun dalam pengamatan tersebut seorang observator tidak boleh melakukan penilain terhadap realitas yang diamati. Kegiatan observasi terkait dengan pekerjaan memahami realitas detail-detail kejadian yang berlangsung. Untuk itu diperlukan upaya memfokuskan pengamatan pada obyek-obyek yang tengah diamati.

Observasi memerlukan daya amatan yang kritis, luas. Namun tetap tajam dalam mempelajari rincian obyek yang ada dihadapannya. Untuk mendapatkan pengamatan yang obyektif si pengamat harus bisa mengontrol emosional dan mampu menjaga jarak dengan segala rincian obyek yang diamati.
Dalam penggalian data melalui observasi ini sifatnya langsung dan orsinil. Langsung artinya dalam pengamatannya tidak berdasarkan teori, pikiran dan pendapat. Ia menemukan langsung apa yang hendak dicarinya. Orsinil artinya hasil amatannya merupakan hasil serapan indranya bukan yang dilaporkan orang lain. Dan untuk selanjutnya akan dibahas secara lengkap mengenai jenis pengamatan, mulai pengamatan I, II, III dan IV

Pengamatan I
Tahap ini merupakan langkap untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan pada suatu obyek yang telah ditentukan agar mampu untuk mendeskripsikannya. Hal ini dimaksudkan untuk membedah kesadaran antara obyektifitas dan subjektifitas, antara fakta dan imajinasi sebagai bagian dari news.

Dari sini diusahakan untuk mampu mendeskripsikan keberadaan benda mati ke dalam bentuk sebuah tulisan. Maksimalisasi panca indera sangat ditonjolkan untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan secara deskriptif. Dalam pendeskripsian ini harus mengoptimalkan kemampuan indera dalam meggambarkan sebuah benda tanpa menyebutkan sifat objek. Sebab jika mengungkapkan sifat pada sebuah objek, maka deskripsi akan bersifat subjektif.

Karena itu diperlukan batasan antara objektifitas dan subjektifitas. Objektifitas dapat berpatokan pada: posisi letak, ukuran, warna, bahan, kedudukan, akurasi, identitas, dan non justification. Sedangkan subjektifitas dalam pendeskripsian dapat di lihat dari: keadaan, agak/ kemiripan, imajinasi pendapat pribadi, gaya bahasa banyak mengulas mengulas, mengungkapkan sifat, fungsi/ normative dan suasana.

Keduanya dapat dijadikan pisau dalam menganalisa suatu objek. Selanjutnya dari hasil deskripsi, seorang yang membacanya dapat menyimpulkan sendiri berdasarkan data.

Pengamatan II
Dalam tahap ini deskripsi objek lebih di tingkatkan lagi pada benda bergerak/ hidup. Dengan prinsip yang tidak jauh berbeda dengan pengamatan I. kemampuan indera lebih dipertajam untuk memperoleh deskripsi yang maksimal. Pembatasan wilayah objektifitas dan subjektifitas tetap ditekankan, namun disini lebih di kembangkan untuk penentuan fokus pengamatan pada objek. Dengan demikian selanjutnya akan lebih mengarahkan deskripsi pada focus benda (supaya tidak meluas). Pengungkapan kondisi dan suasana lingkungan dapat dimasukkan dalam pengamatan ini yang berusaha untuk memberikan deskripsi secara utuh (holistic)

Pengamatan III
tahap ini akan mengamati sebuah gambar atau foto dari sebuah peristiwa. Praktisnya adalah berusaha untuk membangun analisis dan deskripsi objektif dari sebuah gambar atau foto yang dianggap sebagai dunia nyata sekaligus pengamat diposisikan seolah-olah berada dalam keadaan tersebut. Dalam pengamatan ini diupayakan untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan pada peristiwa dunia dalam gambar tersebut. Aktualisasi analisis dapat dilakukan dengan mengajukan dan menuliskan pernyataan sebanyak-banyaknya tentang peristiwa yang diamati. Selanjutnya dapat diminta untuk mengajukan dan menuliskan kemungkinan jawaban atas setiap pertanyaannya.

Focus kesadaran penginderaan benar-benar harus dicurahkan untuk mendapatkan deskripsi yang detail dan akurat. Hasil pengamtan ini dapat dijadikan tolak ukur sehingga kekuatan dan kemampuan seseorang jurnalis dalam menganalisa memecahkan persoalan sekaligus kemudian menuangkannya dalan tulisan. Untuk mempertajam analisa dapat ditambah dengan perinsip 5 W + 1 H.

Pengamatan IV
Pengamatan ini akan memfokuskan kesadaran dan kepekaan indera pada sebuah peristiwa nyata untuk kemudian dideskripsikan. Di sini para calon jurnalis dapat menggali data dengan alat bantu wawancara maupun cara lain yang berkaitan dengan perristiwa tersebut. Hanya saja titik tekan lebih pada proses pengamatan (indera). Yang kemudian prinsip 5 W + 1 H dalam tahap ini dapat di aplikasikan secara langsung dan menyeluruh. Dalam tahap ini sebanarnya dinding pemisah antara subjektifitas dan objektifitas sangat tipis.

Apa yang di anggap objektifitas oleh seseorang bisa dianggap subjektifitas oleh orang lain, begitu pula sebaliknya. Misalnya kita analogikan dengan sebuah pernyataan “agama itu baik bagi manusia” atau “agama itu tidak baik bagi manusia”. Sehingga kemungkinan orang akan mengatakan pernyataan pertama benar dan objektif dengan alasan misalnya banyak orang telah membuktikan kebaikan agama. Tetapi dengan alasan dan bukti berbeda, orang lain akan membenarkan pernyataan kedua.

Begitu pula dalam subuah peristiwa, bahwa objektifitas dan subjektifitas pendapat orang akan bersifat relative, tergantung pada siapa yang mengatakan dan dalam kondisi bagaimana. Subjektifitas akan dikatakan objektif apabila dikautkan dengan pendapat seseorang, dalam arti bukan pendapat penulis/ jurnalis.

Wawancara
Wawancara merupakan aktifitas yang dilakukan dalam jurnalistik untuk memperoleh data. Dalam menggali data tidak mungkin bag seorang jurnalis untuk menulis berita. Hanya mengandalkan hasil observasi, tanpa melakukan wawancara. Karena dengan wawancara bisa memperoleh kelengkapan data tentang peristiwa atau fenomena. Juga dengan wawancara seorang jurnalis melakukan cross chek atau recheck dari data yang diperoleh sebelumnya demi akurasi data. Perlu diperhatikan bahwa wawancara bukanlah proses Tanya jawab “saya bertanya-anda menjawab” wawancara lebih luas dari proses tanya jawab. Pewawancara dan yang diwawancarai berbagi pekerjaan “membagun ingatan” tujuan umumnya merekonstruksi kejadian yang entah baru terjadi atau lampau. Dalam aktifitas ini (wawancara) pewawancara dan yang diwawancarai akan membangun kembali ingatan-ingatan tersebut.

Tekhnik Wawancara
Menguasai permasalahan; Ini penting untuk menghindari Miss Understanding antara pewawancara dan yang diwawancarai.
Ajukan pertanyaan yang lebih spesifik
Pertanyaan yang lebih spesifik akan lenbih membantu dan mempermudah dalam mengarahkan topic pembicaraan
Jangan menggurui
Karena wawancara bukan proses tanya jawab, tetapi aktifitas membangun ingatan terhadap peristiwa yang baru terjadi atau telah lampau.

Oleh : Muhammad Arifin
Alumni Lembaga pers mahasiswa al-Millah
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com