hanya ilustrasi |
Di siang hari yang mendung, Bejo ‘leyeh-leyeh’ di teras rumahnya sambil mendengarkan alunan musik kesayangannya, apalagi kalau bukan “wong kok ngene kok dibanding-bandingke …”. Satu lagu belum selesai diputar, Bejan berlari dari kejauhan, dengan napas terengah-engah dia berlari menuju rumah Bejo, nampaknya ada sesuatu yang penting.
“weyy Jo..Joo…”
“ada apa Jan,” balas Bejo keheranan.
“ada kabar terbaru nih”
“ada kabar apa?”
“saya baru saja mendengar bahwa harga BBM baru saja dinaikkan oleh pemerintah”
“ah masak iya, kalau betulan bisa gaswat nih.
“lha iya, bisa-bisa hutangku kepada lek Jum nambah lagi, tutur Bejan.
“kok bisa? Rumahmu kan dekat dengan warung lek Jum, kamu tidak perlu naik motor buat ngopi disana”
‘”jalan kakinya sih iya, tapi kan biasanya kenaikan harga BBM berdampak di berbagai sektor lain, ya termasuk kondisi ekonomi gw yang juga ketar-ketir”, tutur Bejan yang bercerita dengan ekspresi serius.
“ya mau gimana lagi? Itu sudah menjadi kebijakan yang diatas,” balas Bejo.
“saya jadi heran Jo, kita ini baru saja memperingati kemerdekaan RI yang ke 77, tidak berselang lama dari itu harga BBM dinaikkan, entahlah dengan alasan apa. Belum lagi kita bersemangat dengan tema peringatan kemerdekaannya. Katanya ‘pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat’. Bagaimana mau pulih jika masyarakat bawah semakin terlilit kesulitan hidup?” ucap bejan dengan perasaan campur aduk.
“ya gimana, kita ini rakyat kecil, mau bersuara ngadu sama siapa? Bahkan terkadang ketika kita terlalu emosional, salah-salah kalau bersuara dan keliru ucap bisa jadi masalah, ya karena ada UU ITE itu. Pandemi baru saja mulai pulih, namun kita juga harus merasakan berbagai kebutuhan pangan mengalami kenaikan. Wes pasrah aja Jan, pasrah karo sing nggawe urip,” balas Bejo.
“tapi aku ki gregeten Jo, semakin lama kita semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Indonesia yang katanya surga dunia tetapi belum dapat dirasakan oleh para rakyatnya”
“ya gimana ya, sebenarnya Indonesia itu kaya raya, namun sayang, banyak oknum pejabat yang mengambil kesempatan untuk memperkaya diri”
“ya, apa boleh buat, kita tidak punya kekuatan apa-apa untuk memperbaiki kebobrokan ini”.
Sedang asyik mengobrol, istri Bejo keluar rumah. Beberapa saat menimpali dengan perkataan.
“wes-wes awake dewe gegeran rame yo ora mesti pendapate dewe dirungokne karo poro pejabat. Saiki luweh apik mergawe sak kuate, karo ndedongo mugo-mugo tetep istiqomah dadi wong apik dalam kondisi bagaimanapun. Saiki nglakoni opo sak nyandake, ngombe-ngombe, nggodok banyu kali enek, nek weteng kluwen, njebol-njebol telo ngarep omah ijek kenek,” tutur istri Bejo menutup pembicaraan.
0 comments :
Posting Komentar