Senin, 29 Juni 2015

Tips Jurnalisme: Memberi Ruh pada Berita


Informasi dan gagasan seringkali beku dan tanpa jiwa. Itu sebabnya
menjadi tugas seorang penulis untuk mencairkan, mengemas, dan
menyajikan informasi secara menarik. Tulisan menarik adalah yang
berjiwa, sajian penuh vitalitas (hidup) serta elok sehingga mampu
menggaet dan memelihara minat pembaca untuk menyerap seluruh informasi
yang disampaikan.

APA ITU RUH CERITA?

MANUSIA
Setiap fotografer tahu bahwa gambar yang tidak menyertakan unsur
kehidupan seperti manusia hanya akan berakhir nasibnya di keranjang
sampah.

Begitu pula dengan tulisan. Pembaca suka membaca tentang manusia
lainnya. Mereka kurang berminat pada isu dan gagasan. Mereka lebih
terpukau pada pribadi-pribadi. Jika kita bisa menampilkan sebuah wajah
pada kisah rumit yang jarang diikuti pembaca, pembaca akan terpikat
membacanya dan sekaligus memperoleh informasi.

TEMPAT
Pembaca menyukai sense of place. Kita bisa membuat tulisan lebih hidup
jika kita bisa menyusupkan sense of place yang kuat. Misalnya: seperti
apa lokasi tempat terjadinya pembunuhan itu, bagaimana suasana di
balik panggung pertunjukan?


INDERA
Kita harus berupaya untuk menyentuh indera pembaca. Membuat mereka
melihat cerita dalam detil visual yang kuat. Dan dalam konteks yang
tepat, juga membuat mereka mendengar, meraba, merasakan, membaui dan
mengalami.

IRAMA
Tulisan yang monoton bisa dibantu dengan perubahan irama di dalam
naskah. Anekdot, kutipan, sebuah dialog pendek atau sebuah deskripsi
dapat mengubah irama agar pembaca bisa terikat sepanjang cerita dan
membuat tulisan itu lebih hidup.

WARNA DAN MOOD
Kamera televisi dapat menampilkan pemandangan yang sesungguhnya, dalam
warna dan detil. Penulis tidak dapat menyajikan pemandangan dengan
mudah, sehingga mereka harus berusaha keras untuk melukis dalam
pikiran pembaca.

Warna meliputi: citarasa, suara, bau, sentuhan dan rasa. Dan tentu
saja sesuatu yang dapat dilihat: gerakan usapan, detil pakaian, rupa,
perasaan. Warna bukan hanya sekedar kata sifat tetapi merupakan
totalitas dari sebuah pemandangan.

Dengan menggambarkan warna, berarti Anda juga menceritakan tentang
suasana (mood). Bahagia? Penuh emosi dan ketegangan? Sering hal
semacam ini memberikan ketajaman perasaan terhadap cerita ketimbang
bagian lain yang Anda tulis.

ANEKDOT
Anekdot adalah sebuah kepingan kisah singkat sepanjang satu hingga
lima alenia: ''cerita dalam cerita''. Anekdot umumnya menggunakan
seluruh teknik dasar penulisan fiksi (narasi, karakterisasi, dialog,
suasana) untuk mengajak pembaca melihat cerita secara langsung seperti
mereka berada di tempat kejadian.

Anekdot sering dipandang sebagai ''permata'' dalam cerita. Penulis
yang piawai akan menaburkan permata itu di seluruh bagian cerita,
bukan mengonggokkannya di satu tempat.

HUMOR
Humor adalah bentuk ekspresi yang paling personal. Berilah pembaca
sebuah senyuman, dan mereka akan menjadi sahabat Anda sepanjang hari.
Dan buatlah mereka menanti tulisan Anda esok harinya. Tapi hati-hati
dengan humor yang tak bercita-rasa.


PANJANG-PENDEK
Makin pendek cerita makin baik. Kisah akan lebih hidup jika awalnya
berdekatan dengan akhir (klimaks), sedekat mungkin. Alenia dan kalimat
perlu bervariasi dalam panjang. Letakkan kalimat dan alenia pendek
pada titik kejelasan terpekat atau tekanan terbesar.

KUTIPAN
Kutipan dalam tulisan berita memberikan otoritas. Siapa yang
mengatakannya? Seberapa dekat keterlibatannya dengan sesuatu peristiwa
dan masalah? Apakah kata-katanya patut didengar? Kutipan juga
memberikan vitalitas karena membiarkan pembaca mendengar suara lain
selain penuturan si penulis.

DIALOG
Perangkat ini jarang digunakan dalam koran atau majalah berita. Tapi,
bisa menjadi wahana yang efektif untuk menghidupkan cerita. Dalam
meliput sebuah sidang pengadilan, misalnya, atau mendiskusikan
permainan dengan para atlet olahraga tertentu, kita bisa menghidupkan
cerita dengan membiarkan pembaca mendengarkan para partisipan
berbicara satu sama lain.

SUDUT PANDANG
Kita bisa membuat sebuah cerita biasa menjadi hidup dengan mengubah
sudut pandang. Cobalah untuk melihat inflasi misalnya, dari sudut
pandang seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari harus mengatur
anggaran keluarga.

IDENTIFIKASI
Sebuah tulisan akan lebih hidup jika pembaca merasa dilibatkan dalam
cerita dan membuat mereka mengerti mengapa sebuah masalah bermanfaat
untuk mereka ketahui. Secara insidental, pembaca paling mudah
mengidentifikasikan diri jika cerita ditulis dalam bentuk orang ketiga
-- cara kebanyakan fiksi ditulis.

BERTUTUR
Tulisan yang hidup memiliki irama dan nada berbincang yang baik.
Memiliki suara. Kita bisa menghidupkan cerita yang membosankan dengan
menulis sesuatu seperti kita sedang membicarakan sesuatu kepada
seorang pembaca, dengan bahasa dan ungkapan keseharian yang kita pakai
untuk berbicara.


Oleh: "Farid Gaban" faridgaban@yahoo.com

Tips Menulis: Lukiskan, Bukan Katakan


Pernahkah Anda membaca sebuah tulisan dan sampai bertahun kemudian
Anda masih ingat gambaran dalam tulisan itu?

Kita umumnya terkesan pada sebuah tulisan yang mampu melukis secara
kuat sebuah gambaran di dalam otak kita. Deskripsi yang kuat adalah
alat yang digdaya bagi para penulis, apapun yang kita tulis: esai,
artikel, feature, berita, cerpen, novel atau puisi.

Bagaimana cara membuat deskripsi yang kuat dan hidup?

Cara terbaik melakukannya adalah menerapkan konsep "Show It, Don't
Tell It" atau "Lukiskan, bukan Katakan". Ubahlah pernyataan kering dan
kabur menjadi paragraf berisi ilustrasi memukau.

Tulisan yang bagus memaparkan soal yang nyata dan spesifik. Salah satu
caranya adalah menghindari kata-kata sifat seperti "tinggi", "kaya",
"cantik", dan kata yang tak tidak spesifik seperti "lumayan besar",
"heboh banget", "keren abis".

Contoh:

****

MENGATAKAN
Konser Peterpan itu heboh banget.

MELUKISKAN
Konser Peterpan di Gelanggang Senayan dihadiri oleh 50.000 penonton.
Tiket seharga Rp 200.000 sudah habis ludes sebulan sebelum
pertunjukan. Penonton yang rata-rata siswa SMP dan SMA
berdesak-desakan. Duapuluh orang pingsan, ketika para penonton
berjingkrak mengikuti lagu "Ada Apa Denganmu".

MENGATAKAN:
Nasib nenek itu sangat malang.

MELUKISKAN:
Umurnya 60 tahun. Dia hidup sebatang kara. Para tetangganya, penghuni
gubuk kardus perkampungan liar Kota Bandung, mengenalnya dengan nama
sederhana: "Emak". Tidak ada yang tahu nama aslinya. Awal pekan ini,
Emak ditemukan meninggal, tiga hari setelah para tetangganya
melihatnya hidup terakhir kali. "Sejak Jumat pekan lalu, Emak tidak
pernah kelihatan," kata seorang tetangganya. "Saat gubuknya dilongok,
Emak sudah terbujur kaku di dalam."

****

Menulis tanpa kata sifat ini menuntut wartawan, misalnya, untuk jeli
mengamati detil serta mendahulukan fakta dan data ketimbang opini
pribadi. Cara menulis seperti ini juga menghindari wartawan terjebak
pada sekadar pernyataan, yang belakangan ini cenderung menciptakan
gaya buruk "jurnalisme omongan".

Lebih dari itu, jika kita menggunakan konsep "Show It, Don't Tell It",
paragraf-paragraf akan terbentuk secara alami, kuat, hidup dan mudah
dikenang.*

Oleh: "Farid Gaban" faridgaban@yahoo.com

Jumat, 26 Juni 2015

Metode Penggalian Data


Dalam membuat berita, data menempati posisi penting, karena melalui datalah peristiwa (fakta) dapat dilaporkan. Data merupakan “mind” (rekaman) dari suatu peristiwa. Dan penulis (jurnalis) menyajikan konstruksi dari peristiwa/fakta tersebut yang disusun dari berbagai data.

Ada beberapa cara untuk penggalian data tersebut. Pertama, melalui pengamatan langsung penulis (observasi) untuk mendapatkan data tentang kejadian. Kedua, melakukan wawancara terhadap seseorang yang terlibat langsung (sekunder) dalam suatu kejadian. Wawancara juga dimaksudklan untuk melakukan Cross Chek demi akurasi data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi). Ketiga, selain dua perangkat tersebut data juga bisa diperoleh melalui data literary terhadap dokumen-dokumen dengan suatu fakta kejadian ataupun fenomena (jika dimungkinkan) data demikian dianggap penting.

Observasi
Ini dilakukan pada tahap awal pencarian data tentang sesuatu. Dalam pengamatan sangat mengandalkan kepekaan inderawi (lihat, dengar, cium, sentuh) dalam mengamati realitas. Namun dalam pengamatan tersebut seorang observator tidak boleh melakukan penilain terhadap realitas yang diamati. Kegiatan observasi terkait dengan pekerjaan memahami realitas detail-detail kejadian yang berlangsung. Untuk itu diperlukan upaya memfokuskan pengamatan pada obyek-obyek yang tengah diamati.

Observasi memerlukan daya amatan yang kritis, luas. Namun tetap tajam dalam mempelajari rincian obyek yang ada dihadapannya. Untuk mendapatkan pengamatan yang obyektif si pengamat harus bisa mengontrol emosional dan mampu menjaga jarak dengan segala rincian obyek yang diamati.
Dalam penggalian data melalui observasi ini sifatnya langsung dan orsinil. Langsung artinya dalam pengamatannya tidak berdasarkan teori, pikiran dan pendapat. Ia menemukan langsung apa yang hendak dicarinya. Orsinil artinya hasil amatannya merupakan hasil serapan indranya bukan yang dilaporkan orang lain. Dan untuk selanjutnya akan dibahas secara lengkap mengenai jenis pengamatan, mulai pengamatan I, II, III dan IV

Pengamatan I
Tahap ini merupakan langkap untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan pada suatu obyek yang telah ditentukan agar mampu untuk mendeskripsikannya. Hal ini dimaksudkan untuk membedah kesadaran antara obyektifitas dan subjektifitas, antara fakta dan imajinasi sebagai bagian dari news.

Dari sini diusahakan untuk mampu mendeskripsikan keberadaan benda mati ke dalam bentuk sebuah tulisan. Maksimalisasi panca indera sangat ditonjolkan untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan secara deskriptif. Dalam pendeskripsian ini harus mengoptimalkan kemampuan indera dalam meggambarkan sebuah benda tanpa menyebutkan sifat objek. Sebab jika mengungkapkan sifat pada sebuah objek, maka deskripsi akan bersifat subjektif.

Karena itu diperlukan batasan antara objektifitas dan subjektifitas. Objektifitas dapat berpatokan pada: posisi letak, ukuran, warna, bahan, kedudukan, akurasi, identitas, dan non justification. Sedangkan subjektifitas dalam pendeskripsian dapat di lihat dari: keadaan, agak/ kemiripan, imajinasi pendapat pribadi, gaya bahasa banyak mengulas mengulas, mengungkapkan sifat, fungsi/ normative dan suasana.

Keduanya dapat dijadikan pisau dalam menganalisa suatu objek. Selanjutnya dari hasil deskripsi, seorang yang membacanya dapat menyimpulkan sendiri berdasarkan data.

Pengamatan II
Dalam tahap ini deskripsi objek lebih di tingkatkan lagi pada benda bergerak/ hidup. Dengan prinsip yang tidak jauh berbeda dengan pengamatan I. kemampuan indera lebih dipertajam untuk memperoleh deskripsi yang maksimal. Pembatasan wilayah objektifitas dan subjektifitas tetap ditekankan, namun disini lebih di kembangkan untuk penentuan fokus pengamatan pada objek. Dengan demikian selanjutnya akan lebih mengarahkan deskripsi pada focus benda (supaya tidak meluas). Pengungkapan kondisi dan suasana lingkungan dapat dimasukkan dalam pengamatan ini yang berusaha untuk memberikan deskripsi secara utuh (holistic)

Pengamatan III
tahap ini akan mengamati sebuah gambar atau foto dari sebuah peristiwa. Praktisnya adalah berusaha untuk membangun analisis dan deskripsi objektif dari sebuah gambar atau foto yang dianggap sebagai dunia nyata sekaligus pengamat diposisikan seolah-olah berada dalam keadaan tersebut. Dalam pengamatan ini diupayakan untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan pada peristiwa dunia dalam gambar tersebut. Aktualisasi analisis dapat dilakukan dengan mengajukan dan menuliskan pernyataan sebanyak-banyaknya tentang peristiwa yang diamati. Selanjutnya dapat diminta untuk mengajukan dan menuliskan kemungkinan jawaban atas setiap pertanyaannya.

Focus kesadaran penginderaan benar-benar harus dicurahkan untuk mendapatkan deskripsi yang detail dan akurat. Hasil pengamtan ini dapat dijadikan tolak ukur sehingga kekuatan dan kemampuan seseorang jurnalis dalam menganalisa memecahkan persoalan sekaligus kemudian menuangkannya dalan tulisan. Untuk mempertajam analisa dapat ditambah dengan perinsip 5 W + 1 H.

Pengamatan IV
Pengamatan ini akan memfokuskan kesadaran dan kepekaan indera pada sebuah peristiwa nyata untuk kemudian dideskripsikan. Di sini para calon jurnalis dapat menggali data dengan alat bantu wawancara maupun cara lain yang berkaitan dengan perristiwa tersebut. Hanya saja titik tekan lebih pada proses pengamatan (indera). Yang kemudian prinsip 5 W + 1 H dalam tahap ini dapat di aplikasikan secara langsung dan menyeluruh. Dalam tahap ini sebanarnya dinding pemisah antara subjektifitas dan objektifitas sangat tipis.

Apa yang di anggap objektifitas oleh seseorang bisa dianggap subjektifitas oleh orang lain, begitu pula sebaliknya. Misalnya kita analogikan dengan sebuah pernyataan “agama itu baik bagi manusia” atau “agama itu tidak baik bagi manusia”. Sehingga kemungkinan orang akan mengatakan pernyataan pertama benar dan objektif dengan alasan misalnya banyak orang telah membuktikan kebaikan agama. Tetapi dengan alasan dan bukti berbeda, orang lain akan membenarkan pernyataan kedua.

Begitu pula dalam subuah peristiwa, bahwa objektifitas dan subjektifitas pendapat orang akan bersifat relative, tergantung pada siapa yang mengatakan dan dalam kondisi bagaimana. Subjektifitas akan dikatakan objektif apabila dikautkan dengan pendapat seseorang, dalam arti bukan pendapat penulis/ jurnalis.

Wawancara
Wawancara merupakan aktifitas yang dilakukan dalam jurnalistik untuk memperoleh data. Dalam menggali data tidak mungkin bag seorang jurnalis untuk menulis berita. Hanya mengandalkan hasil observasi, tanpa melakukan wawancara. Karena dengan wawancara bisa memperoleh kelengkapan data tentang peristiwa atau fenomena. Juga dengan wawancara seorang jurnalis melakukan cross chek atau recheck dari data yang diperoleh sebelumnya demi akurasi data. Perlu diperhatikan bahwa wawancara bukanlah proses Tanya jawab “saya bertanya-anda menjawab” wawancara lebih luas dari proses tanya jawab. Pewawancara dan yang diwawancarai berbagi pekerjaan “membagun ingatan” tujuan umumnya merekonstruksi kejadian yang entah baru terjadi atau lampau. Dalam aktifitas ini (wawancara) pewawancara dan yang diwawancarai akan membangun kembali ingatan-ingatan tersebut.

Tekhnik Wawancara
Menguasai permasalahan; Ini penting untuk menghindari Miss Understanding antara pewawancara dan yang diwawancarai.
Ajukan pertanyaan yang lebih spesifik
Pertanyaan yang lebih spesifik akan lenbih membantu dan mempermudah dalam mengarahkan topic pembicaraan
Jangan menggurui
Karena wawancara bukan proses tanya jawab, tetapi aktifitas membangun ingatan terhadap peristiwa yang baru terjadi atau telah lampau.

Oleh : Muhammad Arifin
Alumni Lembaga pers mahasiswa al-Millah

Sepenggal Kisah PPMI DK Madiun


Dinamika perjalanan pers mahasiwa menyeruak kembali. Pasca fakumnya sekretaris jendral (SEKJEN) Nasional Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Dedy Nurcahyo, maka dibentuklah tim steering comite untuk pelaksanaan kongres luar biasa (KLB) PPMI di malang sebagai tindak lanjut dari deklarasi Pekalongan. KLB Malang dilaksanakan pada 17-19 April 2015. Tujuan utama KLB tersebut adalah penggantian sekjen sebelumnya (Dedy) dengan sekjen yang baru. Terpilihlah Abdus Somad dari lembaga pers mahasiswa (LPM) poros, Universitas Ahmad Dahlan Jogjakarta. Dalam KLB tersebut juga tersepakati beberapa perombakan dalam tubuh PPMI nasional. Diantaranya adalah penghapusan dewan etik nasional (DEN). DEN dihapuskan dengan sebab tumpang tindih fungsinya dengan badan pekerja (BP) advokasi. Sebagai solusi dari penghapusan ini maka dibentuklah koordinator wilayah (KORWIL) yang menggantikan posisi DEN dan membawahi beberapa dewan kota (DK).

Tidak jauh berbeda dengan kondisi nasional, DK Madiun sebagai salah satu bagian dari PPMI juga mengalami hal serupa. Roda kepengurusan kota mengalami stagnasi. Dengan berakhirnya masa kepenguruhan DK Madiun dan belum adanya kaderisasi yang jelas DK Madiun untuk beberapa sangat mati suri. Pada akhirnya kondisi mengharuskan untuk segera melaksanakan musyawarah luar biasa (MUSLUB) DK Madiun.

Pada babak berikutnya dibentuklah forum pimpinan umum (PU) menyikapi kondisi DK Madiun yang tidak stabil. Forum yang dihadiri oleh 3 LPM ( LPM al-Millah STAIN Ponorogo, LPM al-Fath STAI Madiun dan LPM Sinergi Universitas Muhammadiyah Ponorogo) mendiskusikan tentang langkah selanjutnya bagi LPM-LPM yang berada pada kawasan karesidenan Madiun untuk tetap bergabung pada PPMI atau memisahkan diri. Dengan diskusi yang cukup lama akhirnya diputuskan LPM-LPM se-wilayah Madiun tetap bergabung pada PPMI.

Tindak lanjutnya adalah penentuan tim steering comite MUSLUB PPMI DK Madiun. Tim ini beranggotakan 2 orang delegasi dari masing-masing 3 LPM tersebut. Musyawarah persiapan MUSLUB pun dilakukan. Beberapa upaya juga dilakukan diantaranya berkoordinasi dengan beberapa alumni serta mencoba kembali merangkul LPM yang lain. Tiga LPM tambahan (LPM Sanubari STAINU Madiun, LPM Mahadika IKIP Madiun dan LPM Ibnu Rusyd STAI Ma’arif Magetan) siap membantu. Setelah menempuh beberapa musyawarah diputuskan MUSLUB diadakan di STAI Madiun pada tanggal 21 Juni 2015.

Ada yang istimewa dari kegiatan MUSLUB ini. Secara beruntun dihari Minggu tersebut dilakukan 3 agenda besar. Pagi sampai sorenya pelaksanaan MUSLUB, sore hari dilaksanakan buka puasa bersama alumni serta malamnya direncanakan MUSYWIL PPMI zona Jawa Timur.

Minggu (6/15), MUSLUB dilaksanakan. Meskipun 2 dari 6 LPM berhalangan hadir yakni LPM Mahadika dan Ibnu Rusyd kegiatan tetap dilaksanakan. Agenda dimulai dengan pembahasan tata tertib sidang serta pemaparan kondisi LPM. Masuk pada acara inti yaitu pemilihan sekjen baru. Tiga kandidat yang dimunculkan adalah Gilang Persada dari LPM Sinergi, Eko Prasetyo dari LPM al-Fath dan Afif Alauddin dari LPM al-Millah. Dikarenakan calon dari LPM Sinergi mengundurkan diri maka pemilihan dilakukan dengan 2 calon yang ada. Dikarenakan masing-masing calon memiliki suara yang sama akhirnya diputuskan untuk lobbying. Setelah waktu 2x3 menit dilakukan maka diputuskan SEKJEN terpilih adalah Eko Prasetyo. Tepukan tangan kawan-kawan LPM mengakhiri prosesi pemilihan. Agenda dilanjutkan dengan penyampaian hasil dari KLB malang. Penyampaian ini dilakukan oleh SEKJEN kota terpilih dan SEKJEN Nasional yang datang secara langsung.

Malam hari, seperti yang dijadwalkan sebelumnya dilaksanakan sarasehan bersama alumni. Penyampaian perjuangan serta sejarah PPMI DK Madiun menjadi akhir dari sarasehan tersebut.

Kegiatan MUSYWIL pada waktu setelahnya belum dapat dilaksanakan. Hal ini dikarenakan baru 3 kota saja (Kota Surabaya yang diwakili oleh Fatkhurrohman dari LPM Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya dan kota Tulungagung yang diwakili oleh beberapa kawan dari LPM Dimensi IAIN Tulungagung dan Madiun sebagai tuan rumah) yang dapat hadir. Akhirnya diputuskan kegiatan dilanjutkan esok hari.

Hingga pukul 11.00 WIB kawan-kawan dari LPM yang lain belum dapat hadir. Dengan berbagai pertimbangan serta untuk mempermudah jarak dan efisiensi waktu maka diputuskan MUSYWIL diadakan di LPM Dimensi. Perjalanan ke Tulungagung ditempuh berkisar 4 jam dengan rute memutar. Mulai dari STAI Madiun berangkat melewati Nganjuk kemudian melewati Kediri dan akhirnya masuk pada kabupaten Tulungagung.

Akhirnya pada pukul 15.30 kawan-kawan LPM yang berangkat dari Madiun tiba di Sekretariat LPM Dimensi. Tidak berselang lama, kawan-kawan dari kota Malang datang.
Dikarenakan agenda MUSYWIL di PPMI merupakan gagasan yang baru pertama kali kegiatan didalamnya tidak seperti MUSKOT ataupun Kongres yang dijadwalkan secara resmi. Kawan-kawan menyesuaikan diri dengan keadaan, terlebih acara yang dilakukan pada bulan Ramadhan ini lebih memerlukan banyak energi.

Sekitar pukul 20.30 WIB acara dimulai. MUSYWIL dihadiri oleh perwakilan DK masing-masing. DK Madiun 2 orang, DK Tulungagung 2 orang, DK Surabaya 1 orang dan DK Malang 2 orang. Satu DK yang lain yakni DK Madura berhalangan hadir.

Tujuan utama MUSYWIL adalah pemilihan kordinator wilayah (KORWIL). Masing-masing DK memaparkan kondisi kota nya dan mengusulkan nama calon sebagai KORWIL. Dari diskusi panjang yang dilakukan ternyata masih belum menelurkan nama-nama yang sesuai dengan kriteria calon KORWIL. Melihat kondisi yang belum memungkinkan akhirnya disepakati tindak lanjut MUSYWIL harus dilaksankan. Dengan persiapan yang dimatangkan dengan mensosialisasikan MUSYWIL kepada masing-masing kota diharapkan mampu memperoleh hasil yang maksimal. Agenda MUSYWIL untuk selanjutnya akan dilaksanakan pada akhir bulan Ramadhan.


Panduan Dasar Menulis Esai



Untuk membuat sebuah esai yang berkualitas, diperlukan kemampuan dasar menulis dan latihan yang terus menerus. Berikut ini panduan dasar dalam menulis sebuah esai.

Struktur Sebuah Esai

Pada dasarnya, sebuah esai terbagi minimum dalam lima paragraf:

1. Paragraf pertama: Dalam paragraf ini penulis memperkenalkan topik yang akan dikemukakan, berikut tesisnya. Tesis ini harus dikemukakan dalam kalimat yang singkat dan jelas, sedapat mungkin pada kalimat pertama. Selanjutnya pembaca diperkenalkan pada tiga paragraf berikutnya yang mengembangkan tesis tersebut dalam beberapa sub topik.

2. Paragraf kedua sampai kelima: Ketiga paragraf ini disebut tubuh dari sebuah esai yang memiliki struktur yang sama. Kalimat pendukung tesis dan argumen-argumennya dituliskan sebagai analisa dengan melihat relevansi dan relasinya dengan masing-masing sub topik.

3. Paragraf kelima (terakhir): Paragraf kelima merupakan paragraf kesimpulan. Tuliskan kembali tesis dan sub topik yang telah dibahas dalam paragraf kedua sampai kelima sebagai sebuah sintesis untuk meyakinkan pembaca

Langkah-langkah membuat Esai

1. Memilih Topik:

Bila topik telah ditentukan, anda mungkin tidak lagi memiliki kebebasan untuk memilih. Namun demikian, bukan berarti anda siap untuk menuju langkah berikutnya.Pikirkan terlebih dahulu tipe naskah yang akan anda tulis. Apakah berupa tinjauan umum, atau analisis topik secara khusus? Jika hanya merupakan tinjauan umum, anda dapat langsung menuju ke langkah berikutnya. Tapi bila anda ingin melakukan analisis khusus, topik anda harus benar-benar spesifik. Jika topik masih terlalu umum, anda dapat mempersempit topik anda. Sebagai contoh, bila topik tentang “Indonesia” adalah satu topik yang masih sangat umum. Jika tujuan anda menulis sebuah gambaran umum (overview), maka topik ini sudah tepat. Namun bila anda ingin membuat analisis singkat, anda dapat mempersempit topik ini menjadi “Kekayaan Budaya Indonesia” atau “Situasi Politik di Indonesia. Setelah anda yakin akan apa yang anda tulis, anda bisa melanjutkan ke langkah berikutnya. Bila topik belum ditentukan, maka tugas anda jauh lebih berat. Di sisi lain, sebenarnya anda memiliki kebebasan memilih topik yang anda sukai, sehingga biasanya membuat esai anda jauh lebih kuat dan berkarakter.

2. Tentukan Tujuan:

Tentukan terlebih dahulu tujuan esai yang akan anda tulis. Apakah untuk meyakinkan orang agar mempercayai apa yang anda percayai? Menjelaskan bagaimana melakukan hal-hal tertentu? Mendidik pembaca tentang seseorang, ide, tempat atau sesuatu? Apapun topik yang anda pilih, harus sesuai dengan tujuannya.

3. Tuliskan Minat Anda:

Jika anda telah menetapkan tujuan esai anda, tuliskan beberapa subyek yang menarik minat anda. Semakin banyak subyek yang anda tulis, akan semakin baik. Jika anda memiliki masalah dalam menemukan subyek yang anda minati, coba lihat di sekeliling anda. Adakah hal-hal yang menarik di sekitar anda? Pikirkan hidup anda? Apa yang anda lakukan? Mungkin ada beberapa yang menarik untuk dijadikan topik. Jangan mengevaluasi subyek-subyek tersebut, tuliskan saja segala sesuatu yang terlintas di kepala.

4. Evaluasi Potensial Topik:

Jika telah ada bebearpa topik yang pantas, pertimbangkan masing-masing topik tersebut. Jika tujuannya mendidik, anda harus mengerti benar tentang topik yang dimaksud. Jika tujuannya meyakinkan, maka topik tersebut harus benar-benar menggairahkan. Yang paling penting, berapa banyak ide-ide yang anda miliki untuk topik yang anda pilih. Sebelum anda meneruskan ke langkah berikutnya, lihatlah lagi bentuk naskah yang anda tulis. Sama halnya dengan kasus dimana topik anda telah ditentukan, anda juga perlu memikirkan bentuk naskah yang anda tulis.

5. Membuat Outline:

Tujuan dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik anda dalam naskah dalam sebuah format yang terorganisir.

1. Mulailah dengang menulis topik anda di bagian atas

2. Tuliskan angka romawi I, II, III di sebelah kiri halaman tersebut, dengan jarak yang cukup lebar diantaranya

3. Tuliskan garis besar ide anda tentang topik yang anda maksud:

· Jika anda mencoba meyakinkan, berikan argumentasi terbaik

· Jika anda menjelaskan satu proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga dapat dipahami pembaca

· Jika anda mencoba menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori utama dari informasi tersebut

4. Pada masing-masing romawi, tuliskan A, B, dan C menurun di sis kiri halaman tersebut. Tuliskan fakta atau informasi yang mendukung ide utama

6. Menuliskan Tesis:

Suatu pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan oleh pengarangnya. Anda telah menentukan topik dari esai anda, sekarang anda harus melihat kembali outline yang telah anda buat, dan memutuskan poin penting apa yang akan anda buat. Pernyataan tesis anda terdiri dari dua bagian:

· Bagian pertama menyatakan topik. Contoh: Budaya Indonesia, Korupsi di Indonesia

· Bagian kedua menyatakan poin-poin dari esai anda. Contoh: memiliki kekayaan yang luar biasa, memerlukan waktu yang panjang untuk memberantasnya, dst.

7. Menuliskan Tubuh Esai:

Bagian ini merupakan bagian paling menyenangkan dari penulisan sebuah esai. Anda dapat menjelaskan, menggambarkan dan memberikan argumentasi dengan lengkap untuk topik yang telah anda pilih. Masing-masing ide penting yang anda tuliskan pada outline akan menjadi satu paragraf dari tubuh tesis anda. Masing-masing paragraf memiliki struktur yang serupa:

· Mulailah dengan menulis ide besar anda dalam bentuk kalimat. Misalkan ide anda adalah: “Pemberantasan korupsi di Indonesia”, anda dapat menuliskan: “Pemberantasan korupsi di Indonesia memerlukan kesabaran besar dan waktu yang lama”

· Kemudian tuliskan masing-masing poin pendukung ide tersebut, namun sisakan empat sampai lima baris.

· Pada masing-masing poin, tuliskan perluasan dari poin tersebut. Elaborasi ini dapat berupa deskripsi atau penjelasan atau diskusi

· Bila perlu, anda dapat menggunakan kalimat kesimpulan pada masing-masing paragraf.

· Setelah menuliskan tubuh tesis, anda hanya tinggal menuliskan dua paragraf: pendahuluan dan kesimpulan.

8. Menulis Paragraf Pertama

· Mulailah dengan menarik perhatian pembaca.

· Memulai dengan suatu informasi nyata dan terpercaya. Informasi ini tidak perlu benar-benar baru untuk pembaca anda, namun bisa menjadi ilustrasi untuk poin yang anda buat.

· Memulai dengan suatu anekdot, yaitu suatu cerita yang menggambarkan poin yang anda maksud. Berhati-hatilah dalam membuat anekdot. Meski anekdot ini efektif untuk membangun ketertarikan pembaca, anda harus menggunakannya dengan tepat dan hati-hati.

· Menggunakan dialog dalam dua atau tiga kalimat antara beberapa pembicara untuk menyampaikan poin anda.

· Tambahkan satu atau dua kalimat yang akan membawa pembaca pada pernyataan tesis anda.

· Tutup paragraf anda dengan pernyataan tesis anda.

9. Menuliskan Kesimpulan

Kesimpulan merupakan rangkuman dari poin-poin yang telah anda kemukakan dan memberikan perspektif akhir anda kepada pembaca. Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat (namun jangan menulis ulang sama persis seperti dalam tubuh tesis di atas) yang menggambarkan pendapat dan perasaan anda tentang topik yang dibahas. Anda dapat menggunakan anekdot untuk menutup esai anda.

10. Memberikah Sentuhan Akhir

· Teliti urutan paragraf Mana yang paling kuat? Letakkan paragraf terkuat pada urutan pertama, dan paragraf terlemah di tengah. Namun, urutan tersebut harus masuk akal. Jika naskah anda menjelaskan suatu proses, anda harus bertahan pada urutan yang anda buat.

· Teliti format penulisan. Telitilah format penulisan seperti margin, spasi, nama, tanggal, dan sebagainya.

· Teliti tulisan. Anda dapat merevisi hasil tulisan anda, memperkuat poin yang lemah. Baca dan baca kembali naskah anda.

· Apakah masuk akal? Tinggalkan dulu naskah anda beberapa jam, kemudian baca kembali. Apakah masih masuk akal?

· Apakah kalimat satu dengan yang lain mengalir dengan halus dan lancar? Bila tidak, tambahkan bebearpa kata dan frase untuk menghubungkannya. Atau tambahkan satu kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelumnya.

· Teliti kembali penulisan dan tata bahasa anda.


Sumber: Guide to Writing a Basic Essay, Index of Literary Terms

http://www.duniaesai.com/panduan1.html


Selasa, 23 Juni 2015

Belum Berjudul

Ilustrasi
PROLOG

Oleh: aviv azantha

Pagi itu di sebuah teras rumah, pak Wo (nama akrab seorang lelaki tua berusia 50 tahun) sedang duduk dengan menyandarkan bahunya pada sebuah kursi goyang antik. Bisa dibilang antara kursi dan orang yang mendudukinya sama-sama antiknya. Tidak cukup itu saja, pak Wo juga memiliki koleksi batu akik yang beranekaragam.

“antara kursi dan orangnya sama-sama tuanya,” batin Narto (seorang anak berusia 10 tahun yang tidak bersekolah) dengan diringi tertawa kecil melihat tingkah pak Wo. Narto memang tidak punya kesibukan lain di pagi hari. Ketika musim mangga tiba sudah dapat dipastikan Narto tiap paginya memetik mangga milik pak Wo yang di tanam didepan rumah. Sudah hafal betul, penglihatan pak wo yang sudah tidak jelas, dengan leluasa Narto mengambil mangga serta mengawasi kelakuan laki-laki tua itu.
Dengan senyum yang khas lelaki berusia 50 tahun tersebut menggoyangkan kursi kedepan dan belakang diiringi lagu kesukaan yang tidak pernah lupa untuk memutarnya. Dengan sebuah tape recorder lawas pak Wo manggut-manggut mengikuti lantunan lagu.
“leyeh-leyeh, penak tenan...” cuplikan lagu kesukaannya.

Mungkin hanya lagu itu yang disukai atau memang karena tidak pernah mendengar lagu lain.
Setelah kenyang memakan mangga Narto memiliki rencana untuk menjahili lelaki tua itu. Dengan kaset lagu baru yang ada ditangannya Narto berencana menggati kaset yang berada di tape recorder klasik itu. Disetiap satu kali putaran nada, pak Wo selalu masuk kedalam rumah untuk mengambil segelas kopi. Pada saat itulah aksi jail narto dimulai.

“krrkh,” radio dibuka, Narto mengambil kaset memasukkan keset lagu baru yang digenggamnya semenjak dari rumah. Kaset “leyeh-leyeh” pun berganti. Narto bergegas untuk sembunyi, lari sekuat tenaga bersembunyi dibalik pohon mangga.
Pak Wo keluar dengan membawa secangkir kopi kembali menduduki ‘singgasana’nya.

“iki wes wayahe nyetel lagu leyeh-leyeh jilid dua,” ujar pak wo dengan senyum simpul.
Tombol putar ditekan. “jreengg... maju mundur, maju mundur cantik”
“opo iki,” pak Wo sangat terkejut hingga kopi yang disruputnya muncrat mengenai wajahnya.

Pak Wo terlihat kebingungan, beberapa gandes terselip disudut kedua matanya. Dengan mata yang masih terpejam itu diangkat kedua tangannya serta digerakkannya tangan tersebut ke kanan dan ke kiri dengan berharap menemukan sesuatu benda untuk mengusap kedua mata yang masih blepotan.
Di sisi lain, Narto yang duduk di bawah pohon Mangga tersebut masih terdiam tanpa suara sedikitpun.
BERSAMBUNG...
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com